Senin 31 Aug 2020 12:13 WIB

Banjir Ganggu Produksi, Aktivitas Pabrik China Melambat

Sebelum banjir, aktivitas produksi manufaktur China secara perlahan meningkat.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menyetrika seragam produksi pabrik pakaian di Kota Hai
Foto: Chinatopix via AP
Pekerja menyetrika seragam produksi pabrik pakaian di Kota Hai

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Aktivitas pabrik China tumbuh lebih lambat pada Agustus karena banjir di China bagian barat daya yang sudah mengganggu produksi. Perusahaan-perusahaan kecil terus berjuang, berpotensi menghambat pemulihan ekonomi dari guncangan virus corona (Covid-19).

Indeks Manajer Pembelian/Purchasing Manager’s Index (PMI) resmi turun sedikit menjadi 51 pada Agustus dari sebelumnya di level 51,1 pada Juli, data Biro Statistik Nasional menunjukkan, Senin (31/8). Para analis memprediksi, PMI China akan berada di level 51,2.

Baca Juga

Seperti dilansir Reuters, Senin, sektor industri China terus kembali ke kondisi seperti sebelum pandemi melumpuhkan sebagian besar perekonomian. Permintaan yang perlahan membaik, perluasan pembangunan infrastruktur akibat stimulus dan ekspor yang sangat kuat telah mendorong pemulihan, meskipun tidak merata.

Sub indeks untuk aktivitas perusahaan kecil berada pada level 47,7 pada Agustus, turun dari 48,6 pada Juli. Lebih dari setengah di antara mereka melaporkan pengurangan permintaan dari di pasar dan lebih dari 40 persen melaporkan masalah keuangan.

Selain itu, ahli statistik senior NBS Zhao Qinghe menjelaskan, beberapa perusahaan di Chongqing dan Sichuan melaporkan dampak dari hujan lebat dan banjir. "Efeknya, siklus pengadaan bahan mentah yang lebih panjang, berkurangnya pesanan dan turunnya tingkat produksi pabrik," tuturnya, dalam sebuah pernyataan resmi.

PMI resmi, yang sebagian besar berfokus pada perusahaan besar dan milik negara, juga menunjukkan, sub indeks untuk pesanan ekspor baru berada pada level 49,1 pada Agustus. Ini meningkat dari 48,4 pada bulan sebelumnya, menunjukkan perbaikan kontraksi setelah Covid-19 melanda.

Indikator ekonomi, mulai dari perdagangan hingga harga produsen, semuanya menunjukkan peningkatan lebih lanjut pada sektor industri. Keuntungan di sektor ini pun tumbuh pada laju tercepat sejak Juni 2018, menurut data resmi pada Kamis (27/8).

Aktivitas pada sektor jasa juga mengalami peningkatan selama enam bulan berturut-turut. Tren ini dikarenakan pihak berwenang telah mencabut pembatasan aktivitas secara nasional, yang menyebabkan permintaan konsumen.

Bank investasi HSBC memperkirakan, ekonomi China akan tumbuh sebesar 5,4 persen pada kuartal ketiga dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Ekspansi terus berlanjut hingga mencapai pertumbuhan 6,2 persen pada kuartal keempat dan mengembalikan pertumbuhan China ke level sebelum Covid-19.

Tapi, beberapa analis khawatir, pemulihan dapat terhenti. Kecemasan ini seiring dengan peningkatan ketegangan antara Washington dengan Beijing dan potensi gelombang penyebaran berikutnya di skala lokal saat musim dingin.

Ekonomi China diketahui tumbuh 3,2 persen pada kuartal kedua secara tahunan (yoy). Secara keseluruhan, ekonomi diperkirakan tumbuh 2,2 persen sepanjang tahun, yang sekaligus menjadi terlemah dalam tiga dekade.

Pada bulan lalu, pembuat keputusan dari Partai Komunis China memastikan adanya dukungan kebijakan yang memadai untuk ekonomi pada paruh kedua. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement