Senin 31 Aug 2020 15:10 WIB

Donald Trump dan Wali Kota Portland Terlibat Adu Mulut

Trump cekcok dengan wali kota Portland soal demonstrasi yang menewaskan warga

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Presiden Donald Trump cekcok dengan wali kota Portland soal demonstrasi yang menewaskan warga. Ilustrasi.
Foto: AP/Evan Vucci
Presiden Donald Trump cekcok dengan wali kota Portland soal demonstrasi yang menewaskan warga. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PORTLAND -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Wali Kota Portland Ted Wheeler saling tuding setelah seorang pria terbunuh saat terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa pendukung hak-hak warga kulit hitam dan pendukung Trump. Dalam sebuah konferensi pers pada Ahad (30/8) sore, Wheeler mendesak pengunjuk rasa agar tidak melakukan kekerasan atau upaya pembalasan setelah insiden penembakan pada Sabtu (29/8) malam.

Presiden Trump yang menonton konferensi pers itu dari televisi kemudian melontarkan kecaman dan kritikan kepada Wheeler melalui cicitannya di Twitter. Trump menyebut Wheeler sebagai seorang pendukung Partai Demokrat yang "bodoh". Trump juga menyalahkan Wheeler atas kematian dan insiden kekerasan yang terjadi di kota liberal itu.

Baca Juga

"Ted Wheeler, Wali Kota Portland dari Partai Demokrat yang radikal kiri tidak melakukan apa-apa, dia telah menyaksikan kematian besar dan kehancuran kota selama masa jabatannya. Portland tidak akan pernah pulih dengan kebodohan wali kotanya," ujar Trump dalam cicitannya.

Kritikan pedas Trump membuat Wheeler marah dan mengecam presiden. Dia menyapa presiden dan melontarkan kritikan balik kepada Trump melalui siaran langsung di televisi. Wheeler mengatakan komentar Trump sangat klasik. Dilansir CNN, Wheeler mengatakan bahwa Trump telah menciptakan kebencian dan perpecahan di AS.

"Andalah yang menciptakan kebencian dan perpecahan. Andalah yang belum menemukan cara untuk menyebutkan nama-nama orang kulit hitam yang dibunuh oleh petugas polisi bahkan seperti yang dimiliki oleh penegak hukum. Dan Andalah yang mengklaim bahwa supremasi kulit putih adalah orang baik," ujar Wheeler.

Wheeler mengatakan selama menjabat sebagai presiden Trump kerap melakukan serangan rasisme terhadap orang-orang kulit hitam. Bahkan Trump juga sering melontarkan sikap seksis terhadap perempuan, termasuk menyerang para imigran.

"Presiden Trump, Anda tidak membawa perdamaian. Anda tidak menghormati Demokrasi kami. Anda, Tuan Presiden, perlu melakukan tugas Anda sebagai pemimpin bangsa ini dan saya, Tuan Presiden, akan melakukan tugas saya sebagai wali kota di kota ini," kata Wheeler.

Kekacauan di Portland dimulai ketika sebuah karavan yang terdiri dari 600 kendaraan dan merupakan pendukung Trump melintas dan bertemu dengan pengunjuk rasa hak-hak orang kulit hitam. Bentrokan di antara kedua kelompok pecah. Sekitar 15 menit setelah karavan meninggalkan Portland, seorang pendukung kelompok sayap kanan Patriot Prayer ditembak hingga tewas.

Pendiri Patriot Prayer, Joey Gibson, mengidentifikasi korban sebagai Aaron "Jay" Danielson. Polisi mengatakan penyelidik masih mengumpulkan sejumlah bukti termasuk video pengawas dari sejumlah toko di sekitar lokasi kejadian.

Patriot Prayer berbasis di negara bagian Washington dan didirikan pada 2016. Sejak awal 2017, para pendukungnya secara berkala datang ke Portland untuk mengadakan aksi dukungan bagi Trump.

Selama lebih dari 90 malam berturut-turut, pengunjuk rasa di Portland berkumpul melawan kebrutalan polisi dan ketidakadilan rasial. Protes itu dipicu oleh pembunuhan pria kulit hitam George Floyd pada Mei lalu dan kian memanas setelah polisi kembali menembak pria kulit hitam lainnya, Jacob Blake, di Wisconsin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement