REPUBLIKA.CO.ID, Praktik keagamaan Syekh Shohibul Wafa Tajul Arifin atau Abah Anom yang integral di berbagai aspek kehidupan, ternyata berawal dari pemahaman tentang makna zuhud.
Jika sebagian kaum sufi berpendapat zuhud adalah meninggalkan dunia, yang berdampak pada kemunduran umat Islam, menurut pendapat Pangersa Abah Anom, “Zuhud adalah qasr al-amal, artinya pendek angan-angan, tidak banyak mengkhayal dan bersikap realistis. Jadi, zuhud bukan berarti makan ala kadarnya dan berpakaian compang-camping.”
Pendapatnya mengacu kepada surat an-Nur ayat 37:
رِجَالٌ لَّا تُلْهِيهِمْ تِجَٰرَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلْقُلُوبُ وَٱلْأَبْصَٰرُ