Senin 31 Aug 2020 15:41 WIB

AP II Prediksi Layani 40 Juta Penumpang Sepanjang 2020

Pada Agustus, AP II meyakini jumlah penumpang yang dilayani mencapai 2 juta orang

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi (kanan) bersama Direktur Keuangan PT Angkasa Pura II  Wiweko Probojakti (tengah) disaksikan Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin (kiri) saat  menandatangani nota kesepahaman di kantor Republika, Jakarta, Senin (31/8). Republika bersama PT Angkasa Pura II menjalin kerjasama terkait program Sarana Pendidikan Online Terpadu (SPOT) untuk membantu masyarakat terdampak pandemi COVID-19 dalam sektor pendidikan. Republika/Thoudy Badai
Foto: undefined
Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi (kanan) bersama Direktur Keuangan PT Angkasa Pura II Wiweko Probojakti (tengah) disaksikan Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin (kiri) saat menandatangani nota kesepahaman di kantor Republika, Jakarta, Senin (31/8). Republika bersama PT Angkasa Pura II menjalin kerjasama terkait program Sarana Pendidikan Online Terpadu (SPOT) untuk membantu masyarakat terdampak pandemi COVID-19 dalam sektor pendidikan. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) masih optimistis berada pada strategi best scenario hingga akhir 2020. Saat ini, AP II sudah menyiapkan tiga skenario dari yang terbaik hingga terburuk dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19.

"Angka itu (prediksi jumlah penumpang yang dilayani AP II hingga akhir 2020) ada di kisaran 35 juta sampai 40 juta penumpang," kata Direktur Utama Muhammad Awaluddin usai berbincang dalam program Podcast Republika, Senin (31/8).

Baca Juga

Awaluddin juga yakin pada Agustus 2020, jumlah penumpang yang dilayani AP II bisa tembus hingga 2 juta penumpang. Angka tersebut menjadi jumlah tertinggi setelah trafik penerbangan turun signifikan karena terdampak pandemi Covid-19.

Meskipun masih optimis berada dalam best scenario, Awaluddin mengatakan AP II juga masih mempertimbangkan banyak hal. "Khususnya dinamika di dalam situasi sosial di masyarakat sekarang ini kan kita perlu sikapi juga," tutur Awaluddin.

Untuk itu, tiga skenario yang disusun yakni best scenario, bad scenario, dan worst scenario selalu berdasarkan asumsi dan prediksi terkini. Selanjutnya, kata Awaluddin, dari setiap skenario tersebut akan ada kalkulasi tersendiri.

"Kalau sampai lihat tren Juli sampai Agustus 2020 trek kita ada di best scenario tapi nanti kalau kemudian melihat di September misalnya atau di Oktober itu kita dinamis saja," ungkap Awaluddin.

Untuk itu, Awaluddin menuturkan masih ada kemungkinan tidak selalu berada dalam prediksi best scenario hingga akhir 2020. Sebab, kata dia, kondisi pandemi Covid-19 merupakan situasi tidak normal.

"Jadi kita tidak bisa dengan satu atau dua asumsi saja. Jadi asumsi-asumsi prediksinya itu cukup banyak sehingga mempengaruhi kalkulasi yang akan dihasilkan," ungkap Awaluddin.

Sebelumnya, Awaluddin mengatakan ketiga skenario tersebut memprediksi jumlah penumpang yang dilayani pada 2020 setelah adanya pandemi Covid-19. Prediksi tersebut menyesuaikan dengan perkiraan kapan kurva Covid-19 mulai mengalami penurunan.

“Ini kita hitung, best scenario kita, trafik mulai meningkat cukup baik pada September 2020. Paling maksimal tahun ini kita hanya dapat 38 juta penumpang dalam satu tahun,” kata Awaluddin saat berkunjung ke kantor Republika, Kamis (31/7).

Untuk selanjutnya, dia memastikan AP II juga membuat estimasi dengan bad scenario jika trafik penerbangan mulai membaik pada Oktober 2020. Jika hal tersebut terjadi, Awaluddin memperkirakan AP II pada tahun ini hanya melayani 34 juta penumpang.

Awaluddin menambahkan, AP II juga menyiapkan skenario terburuk yaitu worst scenario. “Tahapan terburuk ini tahapan pemulihan terjadi pada November 2020 dan diperkirakan hanya 29 juta penumpang tahun ini,” tutur Awaluddin. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement