Selasa 01 Sep 2020 07:57 WIB

PPI Ekspor Coconut Charcoal ke Sri Lanka

Ekspor coconut charcoal ke Sri Lanka sudah dilakukan PPI sejak sebelum pandemi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor Coconut Charcoal Melonjak di Tengah Pendemi Covid-19.
Foto: Kementan
Ekspor Coconut Charcoal Melonjak di Tengah Pendemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) berkomitmen menggenjot ekspor produk dan komoditi Indonesia agar tetap terus menghasilkan devisa negara di tengah pandemi yang berkepanjangan. Direktur Utama PPI Fasika Khaerul Zaman mengatakan PPI bakal mengekspor 100 ton dari total 1.000 ton coconut charcoal atau arang batok kelapa melalui Pelabuhan Tanjung Priok menuju Colombo, Sri Lanka, pada 3 September 2020.

Fasika berharap kegiatan eskpor menjadi wujud komitmen perusahaan berperan aktif membantu para pengrajin atau petani arang sebagi penyedia bahan baku untuk mendapatkan penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan, khususnya UMKM. Menurutnya, kondisi pandemi Covid-19 memaksa PPI semakin kreatif.

Baca Juga

Ia menyebut business matching tidak harus bertatap muka secara langsung, tapi dilakukan secara daring. "Hal ini terobosan yang kreatif dan efisien karena memanfaatkan teknologi digital dan yang terpenting adalah bermanfaat bagi UKM dan masyarakat," ujar Fasika di Jakarta, Senin (31/8).

Bagi PPI, lanjut Fasika, ekspor merupakan langkah untuk memberikan kontribusi yang positif bagi Indonesia, memotivasi seluruh pelaku usaha dan bisnis serta berperan aktif menyumbangkan devisa sehingga perusahaan dapat berkontribusi dalam program pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi Covid-19.

Fasika mengatakan ini bukan kali pertama PPI mengekspor coconut charcoal. Sebelum pandemi melanda, PPI juga mengekspor 600 ton coconut charcoal ke Sri Lanka dengan spesifikasi khusus.

"Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan eksportir kelapa di dunia," ucap Fasika.

Fasika menjabarkan, dari total nilai ekspor kelapa dunia pada 2019 sebesar 11,6 miliar dolar AS, Indonesia menguasai 2,17 miliar dolar AS. Namun nilai tersebut tergolong kecil bila dibandingkan potensi yang belum dikelola dengan maksimal. Secara umum, perdagangan kelapa dunia tahun 2020 akan turun tetapi tidak besar dan tidak untuk seluruh produk.

"Ketika negara lain kesulitan memenuhi permintaan, ini jadi kesempatan untuk Indonesia menggantikan dan PPI mengambil peluang ini. Dalam jangka panjang prospeknya positif meskipun banyak tantangan yang harus diatasi," kata Fasika menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement