REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengomentari dimulainya penerbangan langsung antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA). Dia menyebut hal itu menyakitkan untuk dilihat.
"Sangat menyakitkan melihat hari ini pendaratan pesawat Israel di UEA yang jelas melanggar sikap Arab dalam konflik Arab-Israel," kata Shtayyeh saat berbicara di pertemuan kabinet Palestina pada Senin (31/8), dikutip laman kantor berita Palestina WAFA.
Pada kesempatan itu, dia kembali menyampaikan terima kasih kepada negara-negara Arab yang menentang normalisasi hubungan dengan Israel dan tetap berpegang pada Prakarsa Perdamaian Arab. Pada Senin lalu, pesawat maskapai El Al Israel bertolak dari Bandara Ben-Gurion ke Abu Dhabi.
Pesawat tersebut membawa delegasi Israel dan Amerika Serikat (AS). Perjalanan itu merupakan momen bersejarah karena menjadi penerbangan langsung pertama dari Israel ke UEA. Kunjungan delegasi AS dan Israel ke UEA bertujuan menuntaskan kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik yang telah tercapai pada 13 Agustus lalu.
Delegasi Israel akan turut membahas kolaborasi dan kerja sama dengan UEA di berbagai bidang, antara lain penerbangan, pariwisata, perdagangan, keuangan, kesehatan, energi, serta pertahanan. Pada Sabtu pekan lalu, Presiden UEA Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan telah menerbitkan dekrit yang secara resmi mengakhiri pemboikotan terhadap Israel. Dengan demikian, saat ini Israel dapat melakukan bisnis di UEA.
Israel dan UEA berhasil mencapai kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik pada 13 Agustus lalu. Hal tersebut tercapai dengan bantuan mediasi AS. Itu merupakan kesepakatan damai pertama Israel dengan negara Arab dalam 26 tahun.