Selasa 01 Sep 2020 14:15 WIB

PBB Desak Israel Buka Akses Pengiriman BBM ke Gaza

PBB ingin mencegah bencana kemanusiaan di wilayah Gaza yang diblokade Israel

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Terminal Kerem Shalom, yang juga merupakan perbatasan Gaza dengan Israel
Foto: Mina News
Terminal Kerem Shalom, yang juga merupakan perbatasan Gaza dengan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- PBB mendesak Israel segera membuka akses dan mengizinkan pengiriman barang-barang esensial, termasuk bahan bakar minyak (BBM), ke Jalur Gaza. Hal itu guna mencegah terjadinya bencana kemanusiaan di wilayah yang diblokade tersebut.

Koordinator Kemanusiaan PBB Jamie McGoldrick mengungkapkan situasi di Gaza selama beberapa pekan terakhir sangat memprihatinkan. Israel telah membatasi pengiriman barang ke Gaza dan mengurangi luas zona penangkapan ikan bagi nelayan yang tinggal di sana.

Baca Juga

Tak hanya itu, Israel bahkan memblokir pengiriman bahan bakar, termasuk bahan bakar yang difasilitasi PBB untuk satu-satunya pembangkit listrik di Gaza. "Akibatnya Pembangkit Listrik Gaza menghentikan operasinya pada 18 Agustus, secara tajam mengurangi penyediaan listrik untuk hampir dua juta warga Palestina," ujar McGoldrick pada Senin (31/8), dilaporkan laman kantor berita Palestina WAFA.

Menurut dia, berkurangnya pasokan listrik sangat berdampak pada sektor-sektor vital di Gaza, terutama kesehatan. Saat ini Gaza juga tengah berjibaku menangani pandemi Covid-19. Sejauh ini terdapat 280 kasus aktif dan 243 di antaranya adalah penularan komunitas.

"Saat ini, orang memiliki akses ke pasokan listrik bergulir maksimal empat jam per hari, situasi yang sulit di titik mana pun, tetapi sangat serius mengingat upaya untuk menahan wabah Covid-19. Situasi tersebut menghambat penyediaan layanan di fasilitas karantina dan kapasitas sistem kesehatan untuk menghadapi tuntutan yang meningkat, seperti kemampuan untuk mendeteksi kasus baru Covid-19," kata McGoldrick.

Setelah 13 tahun di bawah blokade, McGoldrick memperingatkan tindakan cepat diperlukan untuk meringankan situasi kemanusiaan di Gaza. Dia mendesak Israel segera membuka akses dan memberi izin bagi pengiriman barang-barang esensial, termasuk bahan bakar, ke wilayah tersebut. Dengan demikian, runtuhnya layanan dasar  dapat dicegah.

Pada Senin lalu, Israel dan Hamas dilaporkan telah menyepakati kesepakatan gencatan senjata. Hamas akan menghentikan serangan dan sebagai imbalannya Israel bakal membuka akses bagi lalu lintas barang, termasuk bahan bakar.

Dalam kesepakatan Hamas pun berkomitmen menghentikan serangan balon api dan peledak. Sementara, Israel berjanji mengizinkan nelayan Gaza beroperasi kembali hingga ke perairan Mediterania. Sejauh ini baru Hamas yang mengumumkan tentang kesepakatan gencatan senjata tersebut. Pemerintah atau otoritas Israel belum merilis keterangan resmi.

Sejak 6 Agustus lalu, Israel rutin melancarkan serangan udara ke Gaza. Serangan-serangan tersebut merupakan respons atas peluncuran balon api yang diyakini didalangi Hamas. Balon-balon tersebut telah menyebabkan lebih dari 400 kebakaran di wilayah Israel selatan. Serangan balon api itu secara luas dilihat sebagai upaya Hamas untuk meningkatkan persyaratan gencatan senjata informal dengan Israel. Jika Israel menghendaki ketenangan di perbatasan, mereka harus bersedia melonggarkan blokade terhadap Gaza. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement