REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Hong Kong memulai program pengujian massal sukarela pada Selasa (1/9), sebagai bagian dari strategi memutus rantai penularan virus corona. Program pengujian itu dimulai pukul 8 pagi waktu setempat, dan sejumlah penduduk menuju ke lebih dari 100 fasilitas pengujian yang dikelola oleh lebih dari 5.000 sukarelawan.
Lebih dari 500.000 orang dari total populasi 7,5 juta telah mendaftar untuk program pengujian yang akan berlangsung selama seminggu. Pengujian itu bertujuan untuk mendeteksi orang-orang tanpa gejala dan carrier. Pemerintah menargetkan 5 juta warga dapat mengikuti pengujian. Apabila animo masyarakat meningkat, maka pengujian akan diperpanjang hingga dua minggu.
Hong Kong mencapai puncak pandemi virus corona pada awal Juli. Pemerintah telah dikritik karena ada pengecualian karantina bagi staf maskapai penerbangan, pengemudi truk dari China daratan, dan pelaut di kapal kargo. Puncaknya, Hong Kong mencatat lebih dari 100 kasus yang ditularkan secara lokal dalam sehari.
Penularan virus corona di Hong Kong mulai melambat pada Senin (31/8) lalu, dengan jumlah tambahan sembilan kasus. Itu adalah pertama kalinya kasus harian turun menjadi satu digit. Pemerintah dan para ahli mengatakan, pengujian massal itu dapat membantu mendeteksi sejak dini orang-orang yang positif terinfeksi virus corona namun tidak bergejala.
Profesor ahli pernafasan, David Hui mengatakan, meski kasus infeksi virus corona telah berkurang, proporsi kasus dengan sumber infeksi yang tidak dapat dilacak tetap mencapai antara 30 persen hingga 40 persen. Program pengujian lebih efektif jika sebagian besar penduduk ikut berpartisipasi.
"Itu berarti pasti ada beberapa transmisi diam-diam yang terjadi. Semoga jika kita dapat mengidentifikasi orang-orang ini dan mengisolasi mereka untuk jangka waktu tertentu yang dapat membantu memutus rantai penularan di masyarakat," ujar Hui.
Spesialis pernafasan dan anggota Dewan Medis Hong Kong, Leung Chi-chiu mengatakan, program pengujian massal merupakan tindakan tambahan dalam mengendalikan pandemi. Menurutnya, pengujian massal bukan metode yang paling menghemat biaya, karena deteksi penyakit virus corona tidak mudah, terutama jika orang tersebut tidak memiliki gejala.
"Bahkan jika tes massal dapat mengidentifikasi pasien yang terinfeksi, mereka mungkin sudah melewati tahap infeksi," kata Leung.
Leung mengatakan, pengujian skala besar tidak akan dapat menggantikan metode tradisional seperti menjaga jarak sosial dan pelacakan kontak. Pengujian skala besar hanya digunakan sebagai tindakan pelengkap.
Program pengujian virus corona telah menjadi perdebatan politik di Hong Kong. Banyak ketidakpercayaan atas sumber daya dan staf yang disediakan oleh pemerintah pusat China untuk program tersebut. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa DNA penduduk Hong Kong akan dikirim ke China.
Namun, pemerintah Hong Kong telah menepis kekhawatiran itu. Pemerintah mengatakan, data pribadi penduduk yang dilampirkan pada botol spesimen dan sampel akan dihancurkan di Hong Kong, setelah dilakukan pengujian.