Selasa 01 Sep 2020 18:03 WIB

AS Perkuat Dukungan untuk Taiwan Hadapi China

Hubungan perdagangan antara AS dan Taiwan juga semakin erat

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Menteri Kesehatan AS Alex Azar, kiri, disambut oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, kanan, dalam pertemuan di Taipei, Taiwan Senin, Agustus. 10, 2020.
Foto: AP/Pool Central News Agency
Menteri Kesehatan AS Alex Azar, kiri, disambut oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, kanan, dalam pertemuan di Taipei, Taiwan Senin, Agustus. 10, 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan sedang membangun dialog ekonomi bilateral baru dengan Taiwan. Selain memperkuat relasi, hal itu dilakukan untuk memberi dukungan kepada Taipei dalam menghadapi peningkatan tekanan dari China.

Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik David Stilwell mengatakan negaranya memperkuat dukungan ke Taiwan karena ancaman yang ditimbulkan China terhadap wilayah tersebut meningkat. Di sisi lain, hubungan persahabatan, perdagangan, dan produktivitas Washington dengan Taipei kian erat.

Baca Juga

"Kami akan terus membantu Taipei melawan kampanye Partai Komunis China untuk menekan, mengintimidasi, dan meminggirkan Taiwan," kata Stilwell saat berbicara dalam forum virtual yang diselenggarakan Herritage Foundation, dikutip laman Aljazirah pada Selasa (1/9).

Pemerintah Taiwan mengapresiasi dan berterima kasih atas dukungan yang diberikan AS. Mereka menilai saat ini China memang sedang menggunakan kekuatan militer untuk merusak perdamaian serta stabilitas di kawasan sekitar Taiwan.

Pekan lalu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memperingatkan tentang potensi pecahnya konflik yang tak disengaja akibat ketegangan di Laut China Selatan (LCS) dan sekitar Taiwan. Dia menyarankan agar komunikasi antara para pihak tetap dijaga guna menghindari hal yang tak diinginkan.

“Risiko konflik membutuhkan pengelolaan yang cermat oleh semua pihak terkait. Kami berharap dan berharap bahwa Beijing akan terus menahan diri sesuai dengan kewajiban mereka sebagai kekuatan regional utama,”kata Tsai dalam forum yang diselenggarakan the Australian Strategic Policy Institute pada 27 Agustus.

Tsai mengatakan komunitas internasional telah mengikuti dengan cermat situasi di Hong Kong serta militerisasi China di LCS. Akibatnya sekarang ada pengawasan yang lebih ketat atas situasi di Selat Taiwan. "Keprihatinan yang signifikan terus berlanjut atas potensi kecelakaan, mengingat peningkatan aktivitas militer di wilayah tersebut. Oleh karena itu, kami yakin penting bagi semua pihak untuk menjaga jalur terbuka dan komunikasi untuk mencegah salah tafsir atau kesalahan perhitungan," ujarnya.

Kendati demikian, Tsai tak menampik bahwa Taiwan perlu memperkuat kemampuan pertahanannya. Hal itu telah menjadi prioritas dari pemerintahannya. "Kami melakukan ini karena kami tahu bahwa dalam kaitannya dengan situasi kami saat ini, kekuatan dapat dikaitkan dengan pencegahan. Ini juga mengurangi risiko petualangan militer," katanya.

Tsai menegaskan kembali komitmennya pada perdamaian, termasuk kesediaannya melakukan dialog dengan China. "Kami terbuka untuk berdiskusi dengan China, selama mereka berkontribusi pada hubungan yang menguntungkan," ucap Tsai.

Namun, Tsai menekankan China harus menerima bahwa sebagai negara demokrasi, hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depannya. Pemerintah China telah menolak melakukan dialog dengan Tsai. Beijing memandangnya sebagai seorang separatis yang ingin memisahkan Taiwan dari China dan mendeklarasikan kemerdekaan. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement