Selasa 01 Sep 2020 18:36 WIB

Cegah Karhutla, BNPB Siaga 28 Helikopter untuk Water Bombing

Semua helikopter itu disebar di lima provinsi paling rawan Karhutla.

Rep: Febryan A/ Red: Andi Nur Aminah
Helikopter water bombing milik BNPB (ilustrasi)
Foto: Antara/Bayu Pratama S
Helikopter water bombing milik BNPB (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiagakan 28 helikopter untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada musim kemarau tahun ini. Semua helikopter itu disebar di lima provinsi paling rawan Karhutla untuk memadamkan titik api dengan metode water bombing.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, mengatakan, sebanyak tiga helikopter disiagakan di Provinsi Jambi, 11 di Sumatera Selatan, dan delapan di Riau. Lalu satu helikopter di Kalimantan Barat dan lima di Kalimantan Tengah.

Baca Juga

"Komposisi ini dapat digerakkan ke wilayah yang lain dengan tingkat keparahan yang berbeda," kata Radit ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (1/9).

Selain bakal memadamkan titik api dengan metode water bombing, BNPB juga akan menggunakan teknologi modifikasi cuaca. Pesawat fixed-wing nantinya akan menebar garam di udara atau cloud seeding di sekitar titik api. Operasi ini bakal dipimpin Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama TNI.

BNPB, kata Radit, juga telah mengerahkan 6.000 personel di enam provinsi. Provinsinya sama dengan yang mendapat penyiagaan helikopter, hanya saja ditambah Provinsi Kalimantan Selatan. Setiap provinsi mendapatkan dukungan 1.000 personel gabungan (unsur TNI, Polri, Manggala Agni, dan masyarakat).

Ia menambahkan, keenam provinsi itu dikerahkan personel gabungan lantaran sudah ditetapkan berstatus siaga darurat. Riau (siaga darurat dari 11 Februari hingga 31 Oktober 2020), Sumatera Selatan (20 Mei- 31 Oktober 2020), Jambi (29 Juni-26 September 2020), Kalimantan Barat (2 Juli-30 November 2020). Lalu Kalimantan Tengah (1 Juli-28 September 2020) dan Kalimantan Selatan (1 Juli – 30 November 2020).

Pada Senin (31/8), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan 85 persen wilayah di Indonesia masih mengalami musim kemarau. Puncak musim kemarau tahun ini terjadi pada Agustus 2020.ling

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement