REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyatakan, 11 orang meninggal dalam serangan udara Israel di dekat Damaskus, Suriah, pada Senin (31/8) malam. Korban terdiri dari tujuh korban berasal dari militan non-Suriah yang didukung Iran, tiga tentara Suriah, dan satu warga sipil.
Namun kantor berita Suriah SANA mengutip sumber militer menyatakan, hanya dua orang meninggal dengan tujuh lainnya luka-luka. Korban meninggal adalah seorang wanita warga sipil dan suaminya terluka dalam ledakan itu.
Televisi pemerintah pun menyatakan, pertahanan udara Suriah mencegat rudal di wilayah selatan dekat Damaskus. Sumber militer Suriah menuduh Israel berada di balik serangan itu.
Militer Israel belum mengkonfirmasi serangan ke Suriah itu. Namun, juru bicara militer, Hadi Zilberman, mengatakan kepada radio KAN Reshet Bet pada Selasa (1/9), bahwa militer bekerja untuk mengamankan tujuan strategis dengan serangkaian operasi, terutama di sektor utara.
Israel telah berulang kali menyerang sasaran Iran di Suriah dan milisi sekutu, termasuk Hizbullah Lebanon. Pada Agustus, militer Israel melakukan serangan udara terhadap target milik tentara Suriah di Suriah selatan, wilayah barat daya Damaskus serta di Quneitra. Serangan itu sebagai tanggapan atas upaya serangan teroris yang digagalkan di sepanjang perbatasan Suriah sebelumnya.
"Israel melihat rezim Suriah bertanggung jawab atas semua operasi yang dilakukan di wilayahnya dan akan terus bertindak dengan tekad terhadap semua serangan terhadap kedaulatan Israel," kata militer menyusul insiden pada saat itu.
Israel telah menghancurkan sepertiga dari pertahanan udara Suriah dalam dua tahun terakhir. Hampir seribu rudal permukaan-ke-udara telah diluncurkan jet Angkatan Udara Israel selama misi yang menargetkan infrastruktur Iran di Suriah yang dilanda perang.
Israel telah melakukan kampanye melawan Iran sejak 2013, menyerang ribuan sasaran di Suriah untuk mencegah penyelundupan persenjataan canggih ke Hizbullah di Lebanon. Serangan selama setahun terakhir di lapangan untuk mencegah Iran menguatkan diri di Suriah dan membahayakan kebebasan operasi Israel.