REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tri Rismaharini (Risma) tidak mengungkap siapa bakal calon wali kota yang bakal diusung PDIP di Pilkada Kota Surabaya pada Desember mendatang. Risma hanya mengatakan, pasangan bakal cawali dan cawawali yang mendapat rekomendasi dari PDIP adalah sosok yang bisa meneruskan program-programnya sebagai Wali Kota Surabaya dalam 10 tahun ini.
"Iya dong, pasti bisa," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada wartawan usai inspeksi di Stadion Gelora Bung Tomi (GBT) Surabaya, Selasa (1/9).
Risma menjelaskan bahwa nantinya calon penggantinya dari PDI Perjuangan bisa meneruskan program-program yang sudah dijalankannya selama ini. Hanya saja, Risma tidak menyebut nama siapa bacawali yang dimaksudnya tersebut.
Kabar yang beredar hingga saat ini, Wali Kota Risma memiliki calon yang telah dipersiapkan untuk maju di Pilkada Surabaya 2020 yakni Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi. Wali Kota Risma menambahkan bahwa banyak ide-ide dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dijalankannya sehingga program Kota Surabaya berjalan dengan baik.
"Jadi gini ya, contohnya misalkan, Ibu Megawati bilang zaman dulu itu anak kecil-kecil dikasih makan, supaya fisiknya bagus, dan tidak stunting. Itu masukan ibu ketua umum, sama juga lansia. Jadi pimpinan PDIP itu ada sekolah kepala daerah," katanya.
Selain itu, lanjut dia, PDI Perjuangan juga memberikan pendidikan kedisiplinan terutama pada kepala daerah dari partai berlambang kepala banteng ini. "Tiap kali Rakernas itu tidak boleh terlambat, jadi kalau terlambat langsung dicoret, dihukum, bahkan ada yang dipecat. Jadi ada yang titip absen itu, ketahuan langsung dipecat, jadi kita bener-bener diajari, digodok disiplin, diajari bagaimana membuat kota ini menjadi bagus, ya, memang kan macam-macam penerimaannya, dan saya banyak belajar, seperti pokak, itu kita belajar saat pameran, Ibu Mega buat pameran rempah-rempah itu," katanya.
Jika nantinya sudah terpilih penggantinya, Risma berharap Kota Surabaya bisa lebih berkembang, bukan sebaliknya. "Kondisi Surabaya saat ini tidak boleh lebih buruk. Jadi kenapa ibu ketua umum memperhatikan ini, karena Surabaya ini sudah dikenal di seluruh dunia. Kenapa ibu ketua umum dan semua tim di DPP sangat hati-hati menentukan Surabaya?. Itu karena tidak ingin Surabaya turun kondisinya," ujarnya.