REPUBLIKA.CO.ID, BRAZILIA -- Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang secara konsisten meremehkan tingkat keparahan wabah virus Corona, pada Senin (31/8) mengatakan tidak akan memaksa warga untuk menerima suntikan vaksin Covid-19 setelah vaksin itu dikembangkan. Komentar itu muncul setelah pemerintah mengalokasikan jutaan dolar untuk pembelian dan produksi vaksinasi pada masa depan saat Brazil menderita wabah pandemi terburuk kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.
"Tidak ada yang bisa memaksa siapa pun untuk menerima suntikan vaksin," katanya ketika menanggapi pertanyaan dari seorang pendukung, menurut video yang diunggah di media sosial.
Brasil telah menjadi titik sentral penyebaran Covid-19 dalam beberapa bulan terakhir, dengan 3.908.272 kasus yang dikonfirmasi dan 121.381 kematian akibat Covid-19. Pada Senin, Kementerian Kesehatan melaporkan 45.961 kasus baru virus corona dan 553 kematian akibat Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Bolsonaro, yang baru-baru ini pulih dari virus corona, selama ini meremehkan bahaya virus tersebut, dengan menyebutnya sebagai "flu ringan". Sikapnya itu mengabaikan rekomendasi ilmiah dan menentang upaya karantina oleh para gubernur dan wali kota diBrazil.
Meskipun demikian, pemerintahnya mengalokasikan 1,9 miliar real Brasil (sekitar Rp5,1 triliun) pada awal Agustus untuk mendanai pembelian 100 juta dosis kandidat vaksin, yang sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca PLC.
Pemerintah Negara Nagian Sao Paulo juga sedang mengerjakan vaksin potensial dengan Sinovac Biotech China. Brasil berharap pendistribusian dosis kedua vaksin tersebut bisa dimulai pada awal tahun depan.
Penjabat Menteri Kesehatan Bolsonaro Eduardo Pazuello, seorang jenderal Angkatan Darat, pada Jumat (28/8) menunjuk seorang dokter hewan,Lauricio Monteiro Cruz, untuk memimpin program vaksinasi Brazil.
Cruz, yang bekerja di kementerian untuk pengendalian penyakit parasit leishmaniasis, adalah seorang spesialis dalam pencegahan penyakit pada hewan, menurut riwayat hidupnya seperti yang dimuat di situs kementerian.