REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sedang galau. Sebab partai berlogo kepala banteng moncong putih itu belum menentukan calon kepala daerah di Surabaya.
"Mungkin PDIP sedang galau. Pertama, bisa saja lawan yang dihadapi kuat karena memborong hampir semua partai," kata Ujang Komarudin di Jakarta, Senin (1/9).
PDIP memang akan melawan koalisi Golkar PKB, PPP, PKS, PAN, Gerindra dan Demokrat dalam Pilkada Surabaya. Koalisi ini sepakat untuk mengusung mantan Kapolda Jawa Timur Machfud Arifin sebagai calon kepala daerah di Kota Pahlawan.
Ujang melanjutkan, kegamangan PDIP bisa jadi karena mereka tidak memiliki kader yang siap untuk menggantikan Wali Kota Tri Rismaharini. Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini mengatakan, itu sebabnya PDIP sangat hati-hati dan tak sembarangan dalam mengusung calon di Surabaya.
"Salah-salah mendukung calon maka kekuasaan di Surabaya akan pindah ke tangan partai lain," katanya.
PDIP rencananya akan mengumumkan secara terbuka calon penerus Risma pada Selasa (2/9). Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, pengumuman itu akan dilakukan secara daring pada pukul 14.00 WIB.
Surabaya adalah panggung politik utama PDIP setelah Jakarta. Mereka berpandangan Surabaya tidak hanya kota terbesar kedua Indonesia tapi telah menjadi kota sederet prestasi.
Hasto mengatakan, PDIP sangat berhati-hati dalam menentukan calon kepala daerah mereka di Surabaya. Dia berpendapat, kepemimpinan Risma bersama seluruh jajaran birokrasi dirasakan betul kehadirannya oleh masyarakat di kota tersebut.
Dia mengatakan, Surabaya yang telah hadir sebagai laboratorium politik di mana Pancasila begitu membumi. Lanjutnya, kesemuanya membentuk modal sosial sebagai benteng pertahanan rakyat agar Surabaya tidak jatuh ke tangan yang salah.
"Hal itulah yang menyebabkan mengapa PDI Perjuangan begitu hati-hati. Bahkan demi tanggung jawab tersebut, pengumuman Kota Surabaya pun dilakukan secara khusus," katanya.