REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Prof Abdul Mu'ti M.Ed dikukuhkan menjadi guru besar bidang ilmu pendidikan agama Islam (PAI) Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengukuhan dilakukan dalam sidang senat terbuka UIN Syarif Hidayatullah di Auditorium Harun Nasution pada Rabu (2/9).
Sejumlah tokoh nasional, tokoh agama-agama dan pejabat pemerintahan banyak yang hadir dan mengucapkan selamat kepada Prof Mu'ti yang baru saja dikukuhkan sebagai guru besar ilmu PAI. Sementara para tokoh yang tidak hadir memberikan ucapan selamat secara virtual melalui rekaman video yang ditayangkan.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Amany Burhanuddin Umar Lubis dalam pidatonya menyampaikan, alhamdulillah pengukuhan guru besar ini dapat dilaksanakan dan dihadiri para tokoh di masa pandemi Covid-19. Tapi para tokoh rasanya haus akan ilmu dan ingin mendengarkan orasi ilmiah yang sangat penting di zaman sekarang.
"Saya sangat mendukung apa yang disampaikan Prof Abdul Mu'ti bahwa ada empat ranah pembaruan pendidikan Islam yang pluralistik di Indonesia," kata Prof Amany saat pidato dalam rangkaian acara pengukuhan Prof Abdul Mu'ti sebagai guru besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (2/9)
Ia menerangkan, yang pertama pembaruan kebijakan ke arah PAI yang inklusif. Kedua, pembaruan pendekatan pembelajaran ke arah yang lebih mindful, meaningful dan joyful. Ketiga, pembaruan kurikulum dengan menerapkan lifelong learning dan growth mind. Keempat, pembaharuan sistem penilaian.
Menurutnya, ini semua adalah pekerjaan bersama yang harus dilakukan untuk melakukan pembaruan pendidikan agama Islam yang pluralistik. Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di Indonesia bisa diminimalisir bahkan dihilangkan.
Ia juga mengingatkan, kerukunan umat beragama dan kerukunan kehidupan berbangsa serta bernegara harus sangat diutamakan. "Untuk itu bersikap toleransi, menghormati dan mengakomodasi pendapat orang lain, bekerjasama dan membangun kehidupan masyarakat yang rukun dan damai di tengah pluralitas budaya, suku, agama haruslah atas dasar nilai-nilai keagamaan yang luhur," ujarnya.
Di tempat yang sama, Wakil Menteri Agama KH Zainut Tauhid Sa'adi menyampaikan, Kemenag mengapresiasi atas pengukuhan Prof Mu'ti sebagai guru besar ilmu PAI. Beberapa hal yang disampaikan beliau dalam orasi ilmiah pengukuhan guru besarnya adalah sama dengan perhatian Kemenag. Yaitu bagaimana memberikan pendidikan agama Islam yang baik ke anak-anak.
"Pendidikan agama yang memberikan pemahaman yang pluralistik dan bisa membangun kebersamaan, saya kira itu sangat penting, saya kira pemikiran pemikiran beliau (Prof Mu'ti) harus terus didorong dan harus kita dukung," kata KH Zainut kepada Republika di UIN Syarif Hidayatullah, Rabu (2/9).
Dalam rangkaian acara pengukuhan guru besar, Prof Mu'ti menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul 'Pendidikan Agama Islam yang Pluralistik: basis Nilai dan Arah Pembaruan.' Di tengah-tengah orasi ilmiahnya, ia menerangkan, yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah adanya beberapa temuan penelitian bahwa intoleransi keagamaan di Indonesia sebagian disebabkan oleh faktor pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI).
Ia menerangkan, penelitian PPIM (2018) menunjukkan muatan kurikulum PAI, paham Islamisme guru, materi keagamaan di internet, dan kinerja pemerintah berkontribusi terhadap sikap dan perilaku intoleran di kalangan murid.
"Tulisan ini menawarkan model PAI yang pluralistis, selanjutnya disebut PAI pluralistis, sebagai sebuah pembaruan sistem PAI yang diharapkan dapat membentuk murid yang berjiwa pluralis, yakni memahami ajaran dan nilai-nilai agama secara mendalam, taat beribadah, berakhlak mulia, dan bersikap toleran, serta menghormati, menerima, mengakomodasi, dan bekerja sama dengan pemeluk agama dan keyakinan yang berbeda," kata Prof Mu'ti dalam orasi ilmiahnya.
Ia mengatakan, murid yang berjiwa pluralis diharapkan dapat menjadi aktor dan pelopor dalam membangun kehidupan masyarakat yang rukun dan damai di tengah pluralitas budaya, suku, dan agama berdasarkan atas nilai-nilai pluralitas dalam agama Islam. Basis nilai-nilai pluralitas dalam Islam terdiri atas nilai ketuhanan, kebebasan, keterbukaan, kebersamaan, dan kerja sama.
Beberapa tokoh yang menghadiiri acara pengukuhan guru besar ini di antaranya Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Wakil Menteri Agama KH Zainut Tauhid Sa'adi, Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Sekertaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini, Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhajir Effendy, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Prof Din Syamsuddin, Sekertaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Buya Anwar Abbas dan lain-lain.
Sejumlah tokoh dan pejabat juga mengucapkan selamat kepada Prof Mu'ti secara virtual. Di antaranya Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiya Prof Haedar Nashir, Ketua DPR RI Puan Maharani, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Agama Fachrul Razi, Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia Ignatius Kardinal Suharyo dan lain-lain.