Rabu 02 Sep 2020 15:48 WIB

Kampus di China Dikritik karena Diskriminasi Perempuan

Aturan di sebuah kampus China membatasi pakaian perempuan dengan alasan menggoda

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera China. Sebuah kampus di China dikritik karena mendiskriminasi perempuan lewat pakaian
Foto: ABC News
Bendera China. Sebuah kampus di China dikritik karena mendiskriminasi perempuan lewat pakaian

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebuah universitas di China memicu kemarahan yang meluas pada awal tahun akademik karena peraturan yang menyudutkan mahasiswa perempuan. Dalam salah satu peraturan membuat mahasiswa perempuan tidak boleh mengenakan pakaian yang dianggap terlalu terbuka dengan alasan dapat menimbulkan godaan.

Guangxi University di China barat daya menerbitkan panduan keamanan 50 poin untuk siswa perempuan tahun pertama yang masuk pada 1 Agustus. Dalam panduan memuat berbagai macam peraturan termasuk kode berpakaian yang menyarankan bahwa perempuan bertanggung jawab atas pelecehan seksual atau bahkan penyerangan.

Baca Juga

"Jangan memakai atasan atau rok yang terlalu terbuka. Jangan memakai gaun berpotongan rendah atau memperlihatkan pinggang atau punggung Anda, untuk menghindari terciptanya godaan," kata panduan itu.

Konfirmasi yang dilakukan Reuters menyatakan, bahwa atasan dengan tali kecil atau spaghetti-strap telah dilarang di perpustakaan universitas. Kampus juga menyarankan para mahasiswa perempuan untuk menghindari sepatu hak tinggi dalam beberapa keadaan.

Gerakan #MeToo yang baru timbul di China mencetak kemenangan kecil tahun ini setelah parlemen memberlakukan undang-undang mendefinisikan pelecehan seksual untuk pertama kalinya. Gerakan itu juga meminta tanggung jawab kampus dan organisasi lain untuk mencegah dan menangani diskriminasi itu.

Kondisi di China masih memusuhi perempuan, seperti ketika terjadi pelecehan maka perempuan yang menjadi korban seringkali dianggap mengundang pelaku. Alasan berpakaian atau berperilaku tertentu menjadi asumsi untuk menyalahkan perempuan sehingga membuat khawatir jika melakukan pelaporan pelecehan.

"Itu menuju ke arah yang salah. Bukankah seharusnya sekolah mendidik siswa laki-laki untuk menghormati perempuan, tidak peduli apa yang dia kenakan atau jika dia sendirian? Alih-alih meminta para korban untuk meninjau diri mereka sendiri," tulis seorang pengguna internet dalam komentar tentang panduan Guangxi University.

Tagar "Panduan keamanan mahasiswa perempuan Guangxi University" telah dilihat 200 juta kali di Weibo atau media sosial mirip Twitter di China. "Buku pedoman keselamatan tampaknya menjadi perlindungan bagi anak perempuan, namun pada kenyataannya, hal itu memperburuk stereotipe gender yang mengasumsikan bahwa perempuan dilecehkan karena cara mereka berpakaian," kata pengguna lain. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement