REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ekonomi dan keuangan Syariah di Tanah Air. Sebab, meski Indonesia berpenduduk mayoritas muslim mayoritas muslim, tidak otomatis berbanding lurus dengan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah.
"Kita tidak bisa berasumsi bahwa sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, ekonomi dan keuangan Syariah akan berkembang dengan sendirinya," ujar Ma'ruf saat meluncurkan program Sharia Economic Talk stasiun televisi swasta yang disiarkan melalui akun Youtube resmi Sekretaris Wakil Presiden, Rabu (2/9).
Ma'ruf optimistis, pemahaman atas ekonomi dan keuangan Syariah akan sangat menentukan seberapa besar penerimaan masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan Syariah itu sendiri. Sebab, alasan pengembangan ekonomi dan keuangan Syariah masih harus ditingkatkan karena tingkat Literasi dan indeks yang masih rendah.
Ia menjelaskan, tingkat literasi keuangan syariah nasional menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2019, baru mencapai 8,93 persen, sedangkan Indeks Inklusi Keuangan Syariah Nasional adalah 9,1 persen.
Indeks ini, kata Ma'ruf, mencerminkan perlunya kerja keras untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ekonomi dan keuangan Syariah di tanah air."Dengan indeks inklusi yang masih rendah memberikan kita peluang untuk melakukan perluasan layanan keuangan syariah," ungkapnya.
Secara khusus, ia menilai perlunya penggunaan basis tekonologi digital kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Utamanya kepada mereka yang sama sekali belum terhubung dengan sistem keuangan formal.
"Karena itu, upaya untuk menggelorakan ekonomi dan keuangan Syariah harus terus dilakukan secara konsisten dan efektif," ungkapnya.