REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah stimulus demi meningkatkan daya beli masyarakat. Diharapkan masyarakat gencar membeli produk buatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), agar perekonomian nasional bisa terus berputar.
Hanya saja, Ketua Umum Asosiasi UMKM (Akumindo) M Ikhsan Ingratubun menilai, pengaruh berbagai stimulus tersebut terhadap omset penjualan UMKM belum besar. "Karena daya beli masyarakat sangat jauh menurun, sekitar 7 juta orang kehilangan pekerjaan termasuk yang dirumahkan," tuturnya kepada Republika.co.id, Rabu (2/9).
Ia mengatakan, saat ini usaha UMKM masih terkendala. Apalagi, kenaikan kasus positif Covid-19 yang terjadi beberapa hari terakhir, kembali membuat orang takut keluar dan berbelanja.
Ikhsan tidak memungkiri, penjualan UMKM memang mulai meningkat jika dibandingkan saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan secara ketat. "Jadi pengaruh sudah pasti ada karena PSBB sudah mulai dilonggarkan," ujarnya.
Di tengah kondisi ini, kata dia, stimulus pemerintah berupa bantuan tunai ke masyarakat sudah tepat. Hanya saja menurut Ikhsan, kecepatan penyaluran bantuan tersebut harus diutamakan.
"Orang saat ini banyak yang tidak pegang uang," tutur dia. Maka baginya, bantuan tunai harus terus ditingkatkan dan diperluas.
Sebelumnya pada Agustus lalu, pemerintah telah meluncurkan program subsidi kepada karyawan dengan gaji Rp 5 juta ke bawah. Subsidi yang diberikan sebesar Rp 2,4 juta per karyawan.