Kamis 03 Sep 2020 06:44 WIB

Pedagang Pasar: Permintaan Masih Stagnan, Omzet Terus Turun

Sebagian besar harga komoditas pangan stagnan maupun mengalami penurunan harga.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang menunggu datangnya konsumen di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (1/9/2020). ilustrasi
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Pedagang menunggu datangnya konsumen di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (1/9/2020). ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri, mengatakan, dalam sebulan terakhir omzet pedagang pasar tradisional terus mengalami penurunan hingga 60 persen. Belum terdapat tanda kenaikan permintaan yang signifikan dari konsumen terhadap barang kebutuhan pokok.

"Pergerakan harga stabil dan tidak ada kenaikan, permintaan juga stagnan belum ada kenaikan," kata Mansuri kepada Republika.co.id, Selasa (2/9).

Baca Juga

Ia mengatakan, biasanya dalam momen Hari Kemerdekaan 17 Agustus maupun Tahun Baru Islam yang baru dilalui, terdapat ritme kenaikan permintaan bahan pokok di pasar. Namun, pada tahun ini tidak menunjukkan adanya dinamika permintaan.

Menurutnya, di tengah situasi saat ini, pedagang pasar juga menjadi bagian dari masyarakat yang membutuhkan stimulus dari pemerintah. Pasalnya, pendapatan terus menyusut akibat lemahnya daya beli masyarakat saat ini.

"Saat ini kami konsen untuk mendorong pemerintah agar memberikan stimulus kepada pedagang agar bisa bertahan di kondisi yang terus memburuk ini," kata Mansuri.

Mengutip statistik Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Kamis (2/9), sebagian besar harga komoditas pangan stagnan maupun mengalami penurunan harga. Namun juga terdapat beberapa komoditas utama yang mengalami kenaikan.

Di antaranya cabai rawit merah, cabai merah besar,  cabai merah keriting, daging ayam ras segar, dan bawang merah. Namun rata-rata kenaikan hanya di bawah 1 persen atau sekitar Rp 50 - Rp 300 per kilogram.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement