Kamis 03 Sep 2020 15:31 WIB

Diplomat China Diwajibkan Minta Izin untuk Datangi Kampus AS

AS membatasi diplomat sebagai balasan langkah serupa dari China

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera China-Amerika. China AS saling membatasi kegiatan diplomat
Foto: washingtonote
Bendera China-Amerika. China AS saling membatasi kegiatan diplomat

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengumumkan pengetatan peraturan untuk China. Kali ini, Departemen Luar Negeri akan meminta diplomat senior China mendapatkan persetujuan sebelum mengunjungi kampus AS atau mengadakan acara budaya dengan lebih dari 50 orang, Rabu (2/9).

Washington melakukan langkah itu sebagai tanggapan atas pembatasan Beijing terhadap diplomat AS di China. Departemen Luar Negeri mengatakan, akan mengambil tindakan untuk membantu memastikan semua Kedutaan Besar China dan akun media sosial konsuler diidentifikasi dengan benar.

Baca Juga

"Kami hanya menuntut timbal balik. Akses untuk diplomat kami di China harus mencerminkan akses yang dimiliki diplomat Cina di AS, dan langkah hari ini akan menggerakkan kami secara substansial ke arah itu," kata Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo.

Upaya itu adalah langkah terbaru Washinton untuk mengekang aktivitas Beijing di AS menjelang pemilihan presiden November. Presiden Donald Trump telah membuat kebijakan luar negeri utama yang semakin mempersulit China.

Kedutaan Besar China di Washington menyebut langkah itu sebagai satu lagi pembatasan dan penghalang yang tidak dapat dibenarkan pada personel diplomatik dan konsuler China. "Bertentangan dengan nilai-nilai yang diproklamirkan sendiri tentang keterbukaan dan kebebasan pihak AS," ujar pernyataan tersebut.

Pompeo juga mengatakan Departemen Luar Negeri baru-baru ini telah menulis surat kepada dewan pemerintahan universitas AS yang memperingatkan mereka tentang ancaman yang ditimbulkan oleh Partai Komunis China. "Ancaman ini bisa datang dalam bentuk pendanaan ilegal untuk penelitian, pencurian kekayaan intelektual, intimidasi terhadap mahasiswa asing dan upaya perekrutan bakat yang tidak jelas," kata Pompeo.

Pompeo mengatakan universitas dapat membantu memastikan mereka memiliki investasi bersih dan dana abadi dengan mengungkapkan dana tersebut kepada perusahaan China. Dia meminta kampus melepaskan pihak yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia.

Sebelum pengetatan terhadap diplomat China, Pompeo meminta lusinan pusat budaya Institut Konfusius yang didanai pemerintah China di kampus-kampus AS ditutup akhir tahun ini. Tempat itu dituduh bekerja untuk merekrut mata-mata dan kolaborator.

Pompeo telah berencana untuk membahas China dan masalah regional lainnya dengan 10 negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan negara-negara Indo-Pasifik lainnya dalam pertemuan virtual minggu depan. Departemen Luar Negeri mengatakan, Pompeo juga akan berpartisipasi dalam pertemuan para Menteri Luar Negeri  Asia Timur dan pertemuan lainnya dengan rekan-rekan ASEAN pada 9 September. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement