REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karolina Pliskova bertekad menebus kekalahan yang mengejutkan di putaran kedua US Open oleh petenis non-unggulan Caroline Garcia dalam dua set langsung, Rabu (2/9) waktu setempat. Ia akan melakukan persiapan yang lebih matang untuk turnamen tanah liat Roland Garros, Prancis Terbuka.
Pliskova takluk 1-6, 6(2)-7 dari petenis putri Prancis itu sekaligus menjadi unggulan atas pertama yang tersingkir secara dini di Flushing Meadows sejak kekalahan Simona Halep di babak pertama turnamen yang sama pada 2018.
Pliskova, yang menjadi runner-up di New York empat tahun lalu, menampik bahwa penampilan dirinya jauh di bawah harapan. Namun kekalahannya itu karena lawannya memang sangat tangguh.
"(Soal unggulan) ini tidak ada hubungannya dengan kekalahan saya hari ini," kata Pliskova kepada wartawan seperti dilansir Reuters, Kamis (3/9). "Saya pikir hanya ada beberapa wanita yang bermain tenis dengan bagus. Garcia adalah salah satunya."
Pliskova, yang selalu mencapai babak 16 besar atau lebih baik dalam empat penampilan terakhirnya di New York, sempat mencoba bangkit pada set kedua dan memimpin 5-4. Namun peluang petenis Ceska ini menyamakan kedudukan kandas ketika Garcia berhasil memetik dua set poin dengan servisnya.
Kemenangan ini meningkatkan rekor head-to-head Garcia melawan Pliskova menjadi empat kemenangan dari tujuh pertemuan.
"Saya tidak melakukan servis yang bagus, terutama di awal pertandingan. Tapi terkadang memang begitu. Saya bukan robot, jadi saya tidak harus bermain luar biasa setiap hari," kata Pliskova.
Permainan petenis peringkat tiga dunia itu terlihat belum memuaskan setelah jeda turnamen yang lama karena pandemi Covid-19. Tetapi ia berharap bisa memenangkan beberapa turnamen sebelum Prancis Terbuka yang dimulai akhir bulan ini.
"Saya akan ikut turnamen di Roma, setelah di Strasbourg juga. Lalu tentu saja Paris. Saya pikir saya akan mulai berlatih sedini mungkin di lapangan tanah liat," kata Pliskova menjelaskan. "Maksudnya, kami baru saja mulai dan sebenarnya tidak ada alasan untuk panik."