REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST — Sejak 2010, Pemerintah Hungaria telah membangun maupun merenovasi setidaknya 3.000 gereja. Tidak seperti negara lainnya di Eropa, tak ada satupun bangunan yang diubah menjadi masjid.
Hal Ini dikatakan Wakil Perdana Menteri Hungaria Zsolt Semjén. Dia mengungkapkan bahwa negara itu, yang kini dipimpin pemerintah konservatif ingin mempertahankan jati diri sebagai Kristiani.
“Kami juga harus mengisinya dengan keimanan, di mana sekolah Kristen dan murid-murid di sana akan membentuk generasi intelektual penerus melalui kesatuan ilmu dan spiritualitas,” ujar Semjén, dilansir RMX, Rabu (2/9).
Negara-negara Eropa lainnya secara aktif menghancurkan gereja, mengubahnya menjadi masjid, atau mengubahnya menjadi klub malam, klub tari strip, maupun bar. Di Prancis, para pemimpin Muslim secara terbuka menyerukan untuk mengubah gereja menjadi masjid.
Setidaknya 150 pemimpin komunitas Muslim di Prancis mengatakan di negara itu terdapat 2.500 masjid dan ada 300 yang sedang dibangun pada 2015. Namun, sebenarnya dibutuhkan hingga 5.000 untuk populasi Muslim yang tumbuh cepat, yang sudah menjadi yang terbesar dari negara mana pun di Eropa.
Semjén menyampaikan sambutannya tentang upaya pembangunan gereja Hungaria di sekolah ordo Piarist, sebuah ordo Katolik Roma yang didedikasikan untuk pendidikan. Ordo Piarist, didirikan pada 1617 di Roma, Italia yang pertama kali datang ke negara Eropa Timur itu pada 1642 ketika sekelompok pastor tiba di Podolin atau sekarang dikenal sebagai bagian wilayaj Slovakia.
Setelah pengambilalihan komunis pada 1947 di Hungaria yang diduduki Uni Soviet, semua, kecuali dua sekolah ordo telah dinasionalisasi dan enam pendiriannya telah ditutup. Setelah 1990, ordo tersebut mendirikan empat sekolah baru dan biara yang berdekatan, termasuk satu sekolah kejuruan dan dua perguruan tinggi.
Semjén mengatakan bahwa sejak pemerintahan raja pendiri negara itu, St Stephen, tidak pernah ada upaya pembangunan gereja-gereja baru dalam skala besar di Hungaria.
Semjén juga mengatakan bahwa menurut data Eurostat, di dalam Uni Eropa, Hungaria membelanjakan rasio PDB tertinggi untuk mendukung gereja dan sekolah agama dan sejak 2010, jumlah sekolah yang dikelola gereja meningkat dua kali lipat.
Lebih lanjut, Semjén juga mengatakan bahwa tidak seperti di Eropa Barat, di mana sebagian besar sekolah dilarang berbagi pandangan dunia tertentu, sekolah gereja di Hungaria menikmati reputasi yang lebih baik daripada sekolah milik negara. Termasuk memberikan pendidikan di mana pengetahuan spiritual dan material diberikan secara selaras.