REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Niaga PT Kereta Api Indonesia Maqin A Nurhadi mengungkapkan selama masa pandemi Covid-19, KAI pernah mengangkut penumpang dengan jumlah terendah, yakni 62 orang selama sehari untuk KA jarak jauh.
“Ketika pandemi Covid-19 datang, kami mengalami titik terendah ketika Mei drop sekali. Angkutan penumpang jarak jauh dan inter-city pernah sehari sebanyak 62 orang dari ratusan ribu,” kata Maqin dalam diskusi daring yang bertajuk “Panduan Protokol Baru untuk Operasi Bisnis Berkelanjutan: Industri Transportasi Publik” di Jakarta, Kamis (3/9).
Ia menuturkan dalam kondisi normal KAI bisa mengangkut 430 juta penumpang dalam setahun yang terdiri dari angkutan KA Jabodetabek atau KRL 330 juta penumpang, sisanya penumpang KA antarkota di Jawa dan Sumatera.
“Dengan volume seperti itu, gambaran per hari untuk angkutan penumpang antarJawa 210.000 sehari. Ini okupansi yg masif. Kemudian Jabodetabek lewat KRL sekitar satu juta penumpang per hari,” katanya.
Tentunya, kata dia, pihaknya harus mengambil langkah atas kondisi tersebut, yakni memodifikasi layanan tidak hanya mementingkan keselamatan dan keramahtamahan, tetapi juga faktor kesehatan agar calon penumpang merasa aman untuk bepergian dengan moda kereta api.
“Ketika tahun lalu orientasi layanan mesti teliti bagaimana melayani secara nyaman, ramah, tepat waktu. Tentu di era pandemi hospitality (keramahtamahan) nggak cukup hanya nyaman tapi juga kesehatan dan keselamatan sampai tujuan. Kita terapkan protokol new normal,” ujarnya.
Maqin mengatakan dengan adanya penerapan protokol kesehatan yang ketat di setiap perjalanan KA, jumlah penumpang pun berangsur meningkat. Ia menyebutkan rata-rata okupansi penumpang KA saat ini untuk antarkota dan jarak jauh di Jawa 60.000 dalam sehari.
Maqin mengakui bahwa angka tersebut masih jauh dari jumlah penumpang pada masa normal sebelum pandemi, yakni 200.000 penumpang, tetapi ia optimistis akan terus meningkat karena kondisi tersebut juga masih memberlakukan okupansi maksimal 70 persen.