REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo menilai bisnis pertanian masih tetap menjanjikan di tengah pandemi Covid-19. Komoditas-komoditas pertanian dianggap masih mampu memakmurkan masyarakat saat ini.
Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara termasuk Indonesia masih dalam angka yang cukup mengkhawatirkan. Terakhir, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi Indonesia berada di 0,05 persen pada Agustus lalu. "Yang meningkat itu cuma pertanian, 16,4 persen pertumbuhannya. Ini luar biasa," ungkap Syahrul di Desa Wonorejo, Poncokusumo, Kabupaten Malang, Kamis (3/9).
Syahrul memprediksi kondisi ekonomi global termasuk Indonesia akan melemah selama beberapa bulan ke depan. Namun, dia meyakini, hal ini tidak akan terjadi di dunia pertanian. Sebab, komoditas pertanian tetap diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari.
"Kalau mau beli kipas angin terpaksa karena terlalu panas, buka saja jendela. Nanti kasih pakai minyak kayu putih saja supaya serangga bisa hilang. Dan tahu yang tidak bisa ditunda? Itu adalah lapar. Kalau begitu pertanian bisnisnya tetap terbuka," jelasnya.
Ekspor kubis di Desa Wonorejo, Poncokusumo, Kabupaten Malang menjadi bukti pertanian masih menggeliat di tengah pandemi Covid-19. Para petani mengirim 230 kontainer atau setara 5.750 ton kubis ke sejumlah negara. Bahkan, permintaan sesungguhnya bisa mencapai 300 sampai 400 kontainer.
Syahrul mendorong pemerintah dan petani lebih meningkatkan lagi kualitasnya. Dengan demikian, sayuran dan buah di Indonesia terutama Malang dapat bersaing dengan negara lainnya. Langkah ini penting dilakukan karena komoditas pertanian terbukti bisa membantu memakmurkan masyarakat setempat.
"Termasuk untuk ekspor yang ada itu salah satunya dukungannya dari BNI, BRI dan Mandiri. Jadi jangan ragu-ragu kasih kredit rakyat," ucapnya.