REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Jakarta Selatan berkomitmen terus menata kawasan Pasar Minggu menjadi lebih rapi, tertib, dan bersih dengan menata pedagang untuk berjualan di dalam pasar.
Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Isnawa Adji mengatakan penataan yang dilakukan sejak 1 September 2020 bukan kegiatan simbolik semata. Kegiatan itu akan terus berkelanjutan hingga kawasan tersebut kembali tertib dan lancar.
"Soal Pasar Minggu tidak hanya simbolis, sudah disiapkan dengan melibatkan semua pihak, PD Pasar diajak, Sudin Koperasi dan UMKM, Polsek dan Koramil juga. Intinya jalan raya itu dikembalikan fungsinya untuk lalu lintas bukan untuk berdagang," kata Isnawa, Kamis (3/9).
Isnawa terus memantau perkembangan penataan Pasar Minggu, setelah pedagang diarahkan untuk berjualan ke dalam pasar. Selanjutnya, Pemkot Jakarta Selatan melanjutkan penataan sarana-prasarana di area Pasar Minggu.
"Saya melihat pembatas jalan (separator) di Pasar Minggu kumuh dan kotor, minta bu lurah untuk melakukan pembersihan dan pengecatan," kata Isnawa.
Untuk mengembalikan ketertiban di kawasan Pasar Minggu, pengawasan rutin akan dilakukan dengan menempatkan personel gabungan dari Satpol PP dan Sudin Perhubungan. Menurut dia, persoalan di Pasar Minggu banyak pedagang yang berjualan di luar pasar atau di pinggir jalan jika dibiarkan akan terus bertambah jumlahnya.
Dari hasil identifikasi secara internal yang dilakukan di dalam pasar, beberapa pedagang yang berjualan di pinggir jalan sudah memiliki lapak di dalam pasar. Namun, mereka memilih berjualan di luar.
"Ini yang kita cegah, kita minta semua diuntungkan dengan keberadaan pasar, pedagang diuntungkan, warga juga dimudahkan, jangan sampai berdagang tetapi mengganggu ketertiban dan kelancara lalu lintas," kata Isnawa.
Pedagang yang berjualan di pinggir jalan umumnya pedagang buah dan sayuran. Mereka berjualan malam hari dimulai dari pukul 21.00 WIB hingga ramainya pukul 03.00-04.00 WIB.
Sesuai instruksi Pemerintah Kota Jakarta Selatan, pedagang tersebut diarahkan untuk berjualan di dalam pasar, tidak lagi berjualan di pinggir jalan. "Walaupun mereka berdagang dari malam sampai pagi hari tapi ini diminta steril," kata Isnawa.
Lurah Pasar Minggu Gita Puspita Sari mengatakan ada sekitar 400 pedagang yang berjualan di luar pasar tersebar di tiga titik lokasi, yakni Jalan Raya Ragunan, Jalan Raya Pasar Minggu dan Jalan Alternatif Terminal Baru. Untuk tahap awal, penataan dilakukan bagi pedagang yang berjualan di Jalan Raya Ragunan dan Jalan Raya Pasar Minggu.
"Total ada 200 pedagang yang sudah didata, semua kita arahkan untuk masuk berjualan ke dalam pasar," kata Gita.
Secara bertahap, petugas juga akan mencarikan tempat untuk 200 pedagang lainnya yang tersebar di Jalan Alternatif Terminal Baru untuk masuk ke dalam pasar. "Daya tampung PD Pasar Minggu mencukupi untuk menampung seluruh pedagang, hanya saja aksesnya berada di lantai satu," kata Gita.
Winarti (42 tahun) pedagang sayuran asal Solo mengaku tidak memiliki lapak di dalam Pasar Minggu sehingga memilih berjualan di pinggir jalan. Ibu tiga anak tersebut mengaku mau berjualan dalam pasar, asal disediakan lapak oleh pemerintah.
"Zaman susah begini, kalau tidak jualan mana bisa makan. Saya tidak punya lapak makanya jualan di luar," kata Winarti.