Kamis 03 Sep 2020 23:42 WIB

Rencana MTQ Nasional akan Gelar Tari Massal Diprotes

Rencana tari massal di MTQ Nasional XXVIII saat pandemi dikritik.

Red: Nashih Nashrullah
 Rencana tari massal di MTQ Nasional XXVIII saat pandemi dikritik. Ilustrasi MTQ
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Rencana tari massal di MTQ Nasional XXVIII saat pandemi dikritik. Ilustrasi MTQ

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG— Rencana penampilan tari massal saat pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXVIII yang akan digelar di daerah itu pada November 2020 di masa pandemi Covid-19 disorot.   

“Saya mengetahui hal ini ketika rapat dengar pendapat dengan Dinas Kebudayaan Sumbar yang menjelaskan rangkaian kegiatan terutama tarian massal saat pembukaan dan penutupan,” kata anggota Komisi V DPRD Sumatra Barat Nofrizon di Padang, Kami (3/9).

Baca Juga

Ia menyebutkan dalam penampilan tersebut akan melibatkan 240 orang penari yang akan memberikan penampilan dalam pembukaan dan penutupan MTQ Nasional.

Ia menilai kondisi pandemi Covid-19 masih berlangsung dan tentu ini menjadi persoalan serius, apalagi dirinya juga seorang pelaku seni khawatir akan ada kluster baru dalam pembukaan tersebut.

“Memang event organizer yang dipegang Elly Kasim membatasi dan mengurangi penari menjadi 240 orang potensi namun potensi penyebaran akan sangat tinggi dalam kegiatan itu. Saya telah kirim surat ke Kementerian Agama, agar ini ditinjau ulang," kata dia.

Selain itu Politisi Demokrat itu mengatakan penampilan tari massal yang digarap penyanyi Minang Elly Kasim ini berpotensi besar menjadi klaster baru penyebaran baik saat agenda dilaksanakan termasuk saat persiapan latihan jelang pembukaan.

Menurut dia, dalam menggarap sebuah tari massal secara kolosal membutuhkan waktu latihan minimal sebanyak 30 kali, ini apabila memakai penari yang sudah profesional. 

Jika penari yang dilibatkan siswa-siswa SMK waktu yang dibutuhkan akan lebih lama lagi. Apabila dikaitkan dengan situasi pandemi Covid-19 sekarang, selama latihan tentu penari akan berkumpul, saling berdekatan, berulang-ulang dan sulit untuk dikontrol.

Dia menyatakan, dalam persoalan ini sangat tidak mungkin mengontrol penari menyesuaikan dengan protokol kesehatan karena sebelum penampilan tentunya penari harus dirias dulu dalam satu ruangan, kerumunan pastinya akan terjadi karena banyaknya penari dan penata rias yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Tak hanya itu, sebelum penampilan tari massal ini enam jam sebelum acara dimulai, penari sudah harus ada di lokasi.

"Apakah ada jaminan bahwasanya sesama penari dan pengunjung yang ada di luar dapat mematuhi protokol kesehatan, dan berapa banyak petugas yang disiapkan untuk mengontrol kegiatan tersebut. Apabila imunitas seseorang lemah, maka akan sangat mudah terjangkit dari OTG-OTG yang berpotensi menularkan wabah," tegasnya.

Menurut dia, penyelenggara harus belajar dari kasus penyebaran Covid-19 yang sudah-sudah, salah satunya di Kabupaten Agam yang mengalami peningkatan signifikan akibat penyelenggaraan pesta pernikahan yang dihadiri banyak orang.

Berdasarkan hasil penelusuran klaster pesta pernikahan yang berlokasi di Matur Kabupaten Agam yang membuat 21 orang positif dan Pemerintah Kabupaten Agam mengeluarkan larangan menggelar pesta pernikahan.

"Belajar dari kasus ini, melalui surat yang telah dikirim ke pusat saya memohon pada Menteri Agama agar meniadakan rencana penampilan tari massal tersebut. MTQ Nasional akan dihadiri ribuan orang, jika pembukaannya tak patuh dengan protokol kesehatan ini akan jadi kluster baru penyebaran Covid-19," tegasnya.

Dirinya menyarankan pemangku kepentingan di Sumbar mengganti penampilan tari massal ini dengan orkestra yang bernuansa islami.

"Sumatra Barat mempunyai SDM untuk pelaksanaan orkestra seperti ISI Padang Panjang dan Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Padang dan penggarapannya akan lebih singkat dan hasilnya maksimal didapatkan,” katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement