REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam dua pekan terakhir di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, wilayah DKI Jakarta terus mencatat angka yang meningkat baik kasus harian Covid-19 dan positivity rate-nya. Namun Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI selalu berkelit peningkatan tersebut karena peningkatan kapasitas tes atau angka positivity rate DKI masih rendah dari angka nasional.
Hal itu juga disampaikan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria terkait positivity rate DKI yang masih dibawah Nasional. WHO menstandarkan positivity rate di angka 5 persen.
"Ini jadi fokus dan konsen kita atas data ini. Kalau lihat data 6,6 persen total persentase. Sepekan memang 12,5 persen," katanya, Jumat (4/9).
Lebih lanjut, Ariza mengungkapkan, jumlah yang dites per hari ini 7.270 orang. Jumlah mereka yang dites PCR mencapai 53.566 dalam sepekan. Dimana tes PCR yang disyaratkan seribu per 1 juta penduduk, dan DKI sudah mencapai 62.063 orang per 1 juta penduduk.
"Bicara tes, Jakarta ini yang terbaiklah, 660.661 orang yang dites. Positivity rate sepekan ini 11,2 persen, nasional 13,5 persen. Jadi DKI masih di bawah angka nasional," terangnya.
Terkait wacana melakukan 'Rem Darurat' seperti yang sempat disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ariza menyampaikan pilihan itu memang tidak mudah. Kalau kembali ke PSBB, semua aktivitas dikhawatirkan berhenti total. Karena itu ia menyebut Pemprov DKI sedang berupaya mencari jalan terbaik dengan terus memperpanjang PSBB transisi.
Ariza berpesan, seluruh pihak harus bekerja bersama untuk mengurangi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat hingga ditemukannya vaksin, sehingga dunia usaha bisa bergerak kembali.