Jumat 04 Sep 2020 15:51 WIB

Kepesertaan JKN-KIS Wajib untuk Proteksi Diri

Selama berobat, Nandang tidak mengeluarkan uang sepeserpun.

Nandang Sudradjat (71 tahun) adalah seorang peserta JKN-KIS
Foto: Istimewa
Nandang Sudradjat (71 tahun) adalah seorang peserta JKN-KIS

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Nandang Sudradjat (71 tahun) adalah seorang peserta JKN-KIS yang terdaftar sejak pertama kali program diluncurkan. Nandang, sapaannya, sangat sadar bahwa asuransi kesehatan adalah sesuatu yang wajib untuk dirinya dan keluarga.

Sakit datang kapan saja, belum lagi biaya pelayanan kesehatan tidak dapat diprediksi jumlahnya. ‘’Sejak awal ada BPJS Kesehatan, kami sekeluarga sudah mendaftar. Kalau seandainya sakit, darimana harus membiayai pengobatan. Walau rejeki pasti ada, tetapi saya pikir harus punya asuransi,” tutur Nandang.

Sejak tahun 2014 hingga 2017, Nandang dan keluarga rutin membayar iuran sebagai peserta mandiri di hak kelas I (satu), tanpa pernah sekalipun berpikir untuk memanfaatkannya. Barulah di pertengahan 2017, ia mulai menghadapi kendala kesehatan. Saat itu, dia merasa tidak nyaman di bagian bawah perutnya.

Nandang akhirnya mencoba berobat ke Puskesmas Pasirkaliki Bandung. “Gejala awal, merasa ada yang salah dengan bagian bawah perut saya. Mulainya diperiksa di Puskesmas, lalu akhirnya dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Bandung. Ternyata terdapat kanker di kelenjar prostat,’’ ujarnya.

 

Dokter pun memutuskan untuk melakukan tindakan biopsi agar diketahui ganas atau tidaknya. Sejak saat itu, Nandang rutin menjalani pengobatan. Selama 14 bulan, Nandang harus minum obat setiap hari, satu bulan sekali untuk infus, dan per tiga bulan harus disuntik karena disinyalir telah menjalar ke tulang.

 

Pengobatan rutinnya pernah jeda, karena kondisi sudah semakin membaik. Setelah kurang lebih tiga hingga empat bulan tidak lagi mengonsumsi obat, Nandang mendapat masalah kesehatan lainnya karena saraf terjepit.

 

Akhirnya dokter memutuskan untuk kembali ke pengobatan rutin seperti sebelumnya. ‘’Hanya kini tidak minum obat. Di sinilah saya sangat bersyukur dengan adanya JKN-KIS. Kalau harus bayar, tentunya biaya tidak sedikit,” ungkap Nandang.

 

Tiada hentinya Nandang mengucap syukur. Walau pernah menjadi peserta aktif selama tiga tahun dan tidak pernah memanfaatkan Program JKN-KIS, kini ia sadar bahwa kepesertaannya sangat bermanfaat. Menurutnya, sakit bisa datang kapan saja, apalagi di usia yang tak lagi muda. Beruntung, saat ini kepesertaan ia dan istri dibayarkan oleh anaknya yang bekerja di sebuah perusahaan tekstil besar sebagai Keluarga Tambahan. Jadi ia tidak perlu khawatir pembayaran iuran JKN-KISnya akan terlewat.

 

“Inilah pentingnya JKN-KIS, kita tidak tahu kapan membutuhkan. Bisa saja besok atau lusa,’’ paparnya. Selama berobat, Nandang tidak pernah mengeluarkan biaya sepeserpun. Kuncinya, tutur dia, harus sabar dan ikuti prosedur.

 

‘’Antre adalah hal yang wajar. Jangan kan di rumah sakit, di Puskesmas pun kita harus sabar antre. Peserta JKN-KIS ada banyak, dan pasien yang sakit bukan hanya kita saja. Saya bersyukur telah menjadi peserta JKN-KIS sejak awal. Pengobatan saya berjalan mulus dan kondisi semakin baik,” kata Nandang.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement