Jumat 04 Sep 2020 19:10 WIB

China Tahan Jurnalis AS di Inner Mongolia

Wartawan AS laporkan kisruh pemaksaan bahasa mandarin di sekolah Mongolia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Pria Mongolia yang mengenakan masker pelindung wajah menghadiri protes di Ulan Bator, ibu kota Mongolia, 02 September 2020. Warga Mongolia memprotes perubahan kurikulum sekolah di provinsi Mongolia Dalam Tiongkok, di mana Tiongkok berencana untuk menghapus bahasa Mongolia dari mata pelajaran inti dan mengadakan kelas di bahasa Mandarin. Para pengunjuk rasa berbaris ke kedutaan besar China dan pergi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyerahkan petisi.
Foto: EPA-EFE/BYAMBASUREN BYAMBA-OCHIR
Pria Mongolia yang mengenakan masker pelindung wajah menghadiri protes di Ulan Bator, ibu kota Mongolia, 02 September 2020. Warga Mongolia memprotes perubahan kurikulum sekolah di provinsi Mongolia Dalam Tiongkok, di mana Tiongkok berencana untuk menghapus bahasa Mongolia dari mata pelajaran inti dan mengadakan kelas di bahasa Mandarin. Para pengunjuk rasa berbaris ke kedutaan besar China dan pergi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyerahkan petisi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Surat kabar Amerika Serikat (AS) mengatakan salah satu jurnalis mereka diusir dan sempat ditahan di wilayah Inner Mongolia, China. Insiden ini terjadi ketika jurnalis the Los Angeles Times meliput ketegangan di wilayah tersebut.

Situasi Inner Mongolia yang memanas karena kebijakan baru pemerintah pusat China mengurangi bahasa Mongol di sekolah. Dalam berita yang dipublikasikan  the Los Angeles Times, Jumat (4/9), melaporkan jurnalis mereka diinterogasi di kantor polisi.

Baca Juga

Dalam laporannya,  the Los Angeles Times menyebut leher jurnalis mereka dicekik lalu dimasukan ke dalam sel. Jurnalis tersebut sempat ditahan selama empat jam sebelum dipaksa meninggalkan wilayah China utara itu.

Peristiwa ini terjadi saat hubungan AS dan China memanas karena kebijakan jurnalis asing di masing-masing negara. Jurnalis AS tersebut dikelilingi laki-laki berpakaian preman di sebuah sekolah di Hohhot, Inner Mongolia.

 

Jurnalis perempuan itu dibawa masuk ke mobil polisi dan dibawa ke kantor polisi. Jurnalis tersebut mengatakan dilarang menelepon kedutaan besar AS. "Salah satu petugas mencekik lehernya dengan kedua tangan dan mendorongnya ke dalam sel," tulis the Los Angeles Times dalam laporan mereka.

The Los Angeles Times melaporkan tiga petugas pemerintah dan seorang petugas polisi mengantar jurnalis tersebut sampai ke stasiun kereta. Mereka menunggu hingga kereta itu membawa pergi jurnalis ke Beijing.

Dalam laporannya the Los Angeles Times tidak mengidentifikasi jurnalis mereka. Tapi jurnalis the Los Angeles Times di Beijing, Alice Su mengakui wartawan dalam laporan itu adalah dirinya tapi ia menolak memberikan komentar lebih lanjut.

Departemen propaganda kota Hohhot belum menjawab permintaan komentar. Kisah penahanan ini ada di bagian akhir berita yang Su tulis mengenai unjuk rasa dan pemboikotan yang pecah di Inner Mongolia pekan ini.

Masyarakat wilayah tersebut memprotes kebijakan baru pemerintah pusat yang ingin meningkatkan penggunaan mandarin di sekolah yang menjadi bahasa Mongolia sebagai bahasa utama. Wilayah Inner Mongolia yang terletak di perbatasan dengan Mongolia dihuni sekitar 25 juta jiwa.

Sekitar 17 persen populasi di wilayah tersebut adalah etnik Mongolia. Sementara suku Han yang menjadi kelompok masyarakat mayoritas di Cina mencapai 79 persen.

Tepat sebelum tahun ajaran baru dimulai, pemerintah Cina mengumumkan kebijakan baru sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa Mongolia. Buku kelas bahasa di Sekolah Dasar dan Menengah Pertama akan diganti dengan buku bahasa Mandarin.

Sementara pelajaran lain akan mengikuti beberapa tahun ke depan. Masyarakat yang menentang kebijakan ini menilai pemerintah pusat ingin mengasimilasi mereka ke budaya Han.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement