Sabtu 05 Sep 2020 12:50 WIB

Ilmu dan Keutamaannya

Ilmu memiliki keutamaan.

Rep: Andi Nur Aminah/ Red: Muhammad Hafil
Ilmu dan Keutamaannya. Foto ilustrasi: Iman dan ilmu seperti fajar dalam kepemimpina. (ilustrasi).
Foto: Google.com
Ilmu dan Keutamaannya. Foto ilustrasi: Iman dan ilmu seperti fajar dalam kepemimpina. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Ali bin Abi Thalib ra dikenal sebagai seorang Muslim yang memiliki pengetahuan ilmu yang sangat luas dalam. Dalam salah satu riwayat, disebutkan bahwa begitu luasnya ilmu yang dimiliki, sampai-sampai khalifah keempat dalam khulafaur rasyidin ini disebut sebagai pintu gerbang ilmu pengetahuan.

Karena kepandaian dan kemampuannya menguasai ilmu, ada sekelompok orang-orang dari kaum Khawarij ingin membuktikannya. Dalam benak mereka, mustahil suami dari Fatimah az-Zahra ini memiliki kedalaman ilmu yang luar biasa. Karena itu, mereka pun akan menguji soal kebenaran bahwa Ali sangat mumpuni.

Baca Juga

Lalu, kelompok kaum Khawarij ini berunding dengan sesamanya. Siapa yang akan mereka ajukan untuk bertanya kepada Ali dan pertanyaan apa yang akan diajukan. Setelah melalui perundingan panjang, diputuskan untuk mengutus 10 orang. Mereka masing-masing bertanya dengan pertanyaan yang sama kepada Ali mengenai keutamaan ilmu.

Satu per satu dari mereka menemui Ali dan bertanya tentang keutamaan ilmu dibandingkan harta. Orang pertama bertanya, “Lebih utama mana ilmu dengan harta?” Ali menjawab, “ Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, ilmu merupakan pusaka para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Firaun, dan lainnya.” Setelah mendapat penjelasan, orang pertama ini kembali kepada kaumnya dan menyampaikan jawaban Ali.

Selanjutnya, datanglah orang yang kedua dan bertanya; “Lebih utama mana ilmu dengan harta?” Ali menjawab, “Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, ilmu dapat menjaga kamu, sedangkan harta itu kamulah yang menjaganya.” Orang kedua ini kembali kepada kaumnya dan menyampaikan jawaban Ali.

Selanjutnya, datang orang ketiga, keempat, kelima, keenam, hingga orang yang ke-10 dan menanyakan hal yang sama kepada Ali. Dan, Ali pun menjawab dengan penjelasan yang berbeda-beda antara jawaban yang pertama, kedua, dan seterusnya. “Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, orang kaya harta banyak musuhnya, sedangkan orang yang kaya ilmu banyak sahabatnya.”

“Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, harta kalau dibelanjakan menjadi berkurang, sedangkan ilmu kalau diberikan malah bertambah.”

“Ilmu lebih utama daripada harta karena orang yang banyak harta dipanggil dengan sebutan bakhil, sedangkan orang yang banyak ilmunya disebut agung.”

“Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, ilmu tidak perlu penjagaan dari pencuri, sedangkan harta harus dijaga dari pencuri.”

“Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, pada hari kiamat, orang yang banyak harta pasti akan dihisab. Sedangkan, orang yang berilmu dapat memberikan syafaat pada hari kiamat.”

“Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, lamanya pengangguran dalam melewatkan waktu harta dapat rusak dan habis, sedangkan ilmu tidak akan rusak dan tidak akan habis.”

“Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, harta dapat menjadikan padatnya perasaan, sedangkan ilmu dapat menerangi hati.”

“Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, orang yang memiliki harta akan sering mengaku sifat ketuhanan, sedangkan orang yang berilmu dapat merealisasikan ibadah.”

 

Setelah menjelaskan berbagai permasalahan tersebut, Ali kemudian menambahkan, “Jika mereka bertanya kepadaku dari satu masalah itu, tetap aku jawab dengan jawaban yang berlainan (berbeda) selama aku masih hidup.”   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement