REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Virgin Atlantic akan kembali memangkas sekitar 1.150 pekerjaan agar bisa bertahan di tengah pandemi. Maskapai penerbangan asal Inggris tersebut sebelumnya telah memangkas lebih dari 3.500 pekerjaan dari total 10 ribu karyawan yang dimilikinya pada awal tahun.
Maskapai tersebut mengatakan harus memangkas biaya untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. "Kelangsungan hidup didasarkan pada pengurangan biaya lebih lanjut dan terus menghemat uang tunai," kata manajemen dikutip BBC, Jumat (4/9).
Pihak maskapai menyebut, bisnisnya akan sulit berjalan apabila pembatasan perjalanan Amerika Serikat (AS) dan Inggris masih terus berlangsung. Dalam enam bulan terakhir, Virgin Atlantic telah menghadapi masa-masa krisis di tengah pandemi.
Selain memangkas jumlah karyawan, maskapai juga sedang menempuh upaya penyelamatan berupa suntikan modal sebesar 1,2 miliar pound. Jika berjalan lancar, langkah ini setidaknya dapat mengamankan bisnis perusahaan hingga 18 bulan ke depan.
Manajemen Virgini Atlantic juga berharap rencana penyelamatan sebesar 1,2 miliar pound tersebut dapat mengeluarkannya dari krisis yang dihadapinya saat ini. Virgin mendapat persetujuan rencana penyelamatannya dari pengadilan Inggris dan AS pada pekan ini.
Maskapai penerbangan AS Delta Air Lines yang memiliki 49 persen saham Virgin Atlantic mengatakan rencana penyelamatan itu merupakan bagian penting dari melindungi posisi Delta di Inggris. Sebab, maskapai tersebut harus bersaing dengan American Airlines dan British Airways.
Adapun kesepakatan senilai 1,2 miliar poundsterling ini terdiri dari uang tunai sejumlah 400 juta poundsterling. Sementara sisanya akan datang dari pemegang saham utamanya yaitu Virgin Group Sir Richard Branson.
Pandemi Covid-19 telah berdampak buruk terhadap lapangan pekerjaan di industri penerbangan. Tidak hanya maskapai penerbangan, perusahaan kedirgantaraan dan bandara juga terpaksa mengurangi jumlah karyawan.