REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khorunnisa Nur Agustyati menyoroti adanya arak-arakan dan mobilisasi massa di dalam proses pendaftaran calon kepala daerah. Menurutnya perlu ada kesadaran dari peserta pemilu agar tidak muncul klaster penyebaran Covid-19.
"Menurut saya sebetulnya mungkin arak-arakan massa itu ingin menunjukkan bahwa paslon ini didukung sekian banyak orang. Tapi dalam kondisi seperti ini justru itu adalah hal yang tidak relevan itu bahwa didukung oleh sekian banyak orang, justru menunjukan ya tidak tertib protokol kesehatan dan justru membahayakan," kata Khoirunnisa dalam seminar daring bertema 'Pilkada dan Konsolidasi Demokrasi Lokal', Sabtu (5/9).
Khoirunnisa mengatakan, penting juga bagi penyelenggara pemilu untuk menjamin keselamatan pemilih. Selain harus memastikan agar partisipasi pemilih tidak turun, penyelenggara pemilu juga harus menjadi agen kesehatan.
"Artinya, penyelenggara pemilu ini menjadi double beban kerjanya jadi ganda. Bahwa selain menggelar pilkada di tengah pandemi, tapi menurut saya penyelenggara pemilu itu juga harus menjadi agen kesehatan," katanya.
Ia menambahkan, penyelenggara pemilu juga harus menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 belum selesai, bahkan trennya justru meningkat, dan penularan bisa sangat cepat. Dengan begitu ada pemahaman bahwa tahapan pemilu tidak bisa dilakukan kalau ada kegiatan yang mengumpulkan banyak orang.
"Kalau ada arak-arakan massa ya tidak bisa, itu harus dihindari karena tidak sesuai protokol kesehatan. Jadi itu juga yang harus disampaikan oleh penyelenggara pemilu," ungkapnya.