REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani mengkritik sekutunya yang tidak mau memberikan bantuan terhadap Teheran. Dia menyatakan, Amerika Serikat (AS) yang tidak mau memberi kelonggaran ketika pandemi virus corona menyerang, Sabtu (5/9).
"Selama beberapa bulan terakhir sejak virus corona tiba di negara kami...tidak ada yang datang membantu kami," kata Rouhani dalam sambutan yang disiarkan langsung di televisi pemerintah.
Laporkan Iran menyatakan lebih dari 380 ribu kasus infeksi dan lebih dari 22 ribu kematian akibat virus corona. Iran menjadi salah satu negara yang paling parah terkena pandemi di Timur Tengah.
Kondisi tersebut semakin sulit ketika sanksi AS tetap berjalan. Kondisi ini pun membuat Rouhani meradang karena AS dinilai tidak memiliki kemanusia dan otak untuk mencabut sanksi selama pandemi berlangsung.
"AS Jauh lebih tidak berperasaan dan jahat daripada hal-hal itu," kata Rouhani menekankan. Washington telah memberlakukan sanksi dan tekanan baru pada teheran selama tujuh bulan terakhir dari virus corona.
Pada saat yang sama, Rouhani pun mengarahkan pandangan pada sekutu Iran yang tidak memberikan bantuan selama pandemi berlangsung. "Tidak ada satu negara sahabat yang memberi tahu kami bahwa saat ini virus corona dan kesulitan dan demi kemanusiaan 'kami akan melawan Amerika'," kata Rouhani.
Pada Maret, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menolak tawaran AS untuk membantu Iran dalam perangnya melawan pandemi. Dia mengkritik para pemimpin AS sebagai penipu dan pembohong.
Sanksi yang AS berlakukan merupakan bagian dari upaya Washington untuk memangkas pendapatan Iran setelah Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018. Meski begitu, makanan, obat-obatan, dan pasokan kemanusiaan lainnya dikecualikan dari sanksi.
Tapi larangan perdagangan yang diberlakukan telah menghalangi beberapa bank asing untuk melakukan bisnis dengan Iran, termasuk mendanai kesepakatan kemanusiaan. Kondisi ini yang memicu kekurangan beberapa obat, terutama ketika pandemi datang ke Teheran.