REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lidah memang tak bertulang. Obrolan lepas di warung kopi bisa berdampak serius meski bernada bercanda. Perbincangan dengan maksud bermain-main bisa mendatangkan murka Allah SWT.
Inilah kisah seorang lelaki Madinah tak bernama. Ia hanya disebut sebagai lelaki yang mengikuti Perang Tabuk. Betapa mulianya seseorang yang mengikuti perang bersama Rasulullah. Tapi sungguh sayang, kemuliaan itu tak diikuti dengan kemuliaan akhlaknya. Dengan ringan ia berkata, “Kami tak pernah melihat orang yang sama dengan para penghafal Alquran ini. Mereka paling kuat dalam urusan makan, paling sering dusta, dan pengecut di hadapan musuh.”
Perkataan orang itu hendak diadukan Auf ke Rasulullah. Namun, ayat lebih dulu sampai dibanding kabar tersebut. Maka turunlah ayat, “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja’. Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul -Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS at-Taubah [9]: 65).
Kemudian, lelaki itu mendatangi Rasulullah sembari mengajukan pembelaannya. “Wahai Rasulullah kami hanya bercanda dan bermain, kami berbicara dengan pembicaraan dalam perjalanan guna menghilangkan rasa letih dalam perjalanan.”