REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Harapan kecil bahwa korban selamat akan ditemukan di bawah puing-puing gedung Jalan Mar Mikhael di Beirut. Namun, tim penyelamat terus melakukan pencarian di bawah reruntuhan bangunan akibat ledakan pelabuhan pada 4 Agustus.
Tim penyelamat termasuk tim Pertahanan Sipil Lebanon dan tim TOPOS Cile terus melakukan mencari hari ketiga berturut-turut di tengah reruntuhan bangunan yang hancur. Direktur operasi Pertahanan Sipil Lebanon, George Abu Musa, mengatakan pencarian terus berlanjut meski kemungkinan orang yang selamat sangat kecil.
"Semua data menunjukkan bahwa sejauh ini tidak ada hasil positif dari penggalian sebagian besar bangunan yang retak dan runtuh, tempat sensor Cile mendeteksi pernapasan manusia," kata Abu Musa dikutip dari Arab News.
Abu Musa menyatakan retakan besar di gedung menghalangi tim penyelamat untuk bekerja dengan alat berat tetapi mereka tidak bisa berhenti bekerja untuk menemukan korban. "Kami berhenti bekerja selama satu jam karena takut gedungnya runtuh dan kami tidak meninggalkan orang di bawah reruntuhan, seperti yang dikatakan. Kami berisiko dan kami berada di bawah tekanan psikologis," ujarnya.
Presiden kontraktor Lebanon untuk pekerjaan umum dan konstruksi, Maroun Helou, mengatakan penggalian dilakukan dengan sangat hati-hati. Hasil yang didapatkan sejauh ini menunjukkan masih berupa spekulasi.
Saat ini, rakyat Lebanon masih menunggu pemerintahan baru yang coba dibentuk oleh Perdana Menteri yang ditunjuk oleh Mustapha Adib. Mereka juga menunggu untuk melihat efektivitas tekanan yang diberikan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk melaksanakan reformasi. Saat dilantik oleh Presiden Michel Aoun awal pekan ini, Adib mengatakan akan membentuk pemerintahan ahli.