REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa bumi magnitudo 6 mengguncang Maluku Utara pada Ahad (6/9) pukul 07.21 WIB. Penyebabnya adalah pergerakan Lempeng Laut Maluku.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, mengatakan, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. "Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," kata Rahmat dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika di Jakarta, Ahad.
Awalnya, BMKG menyebut gempa tersebut bekekuatan magnitudo 5,9. Setelah dilakukan analisis ulang, ternyata kekuatannya magnitudo 6. BMKG juga tak menemukan adanya aktivitas gempa susulan hingga pukul 07.47 WIB.
Rahmat menjelaskan, episenter gempa terletak pada koordinat 1,78 LU dan 126,64 BT. Tepatnya berlokasi di laut pada jarak 121 km arah Barat Laut Kota Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara pada kedalaman 59 km.
Gempa bumi ini dirasakan di wilayah Ternate, Tidore, Sofifi, Halmahera Barat, Halmahera Utara, Bitung, Manado, Siau, dan Tahuna. "Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," ucapnya.
Rahmat menjelaskan, gempa bumi ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat subduksi Lempeng Laut Maluku. Hal ini diketahui dengan memperhatikan episenter dan kedalam hiposenternya.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (Thrust Fault)," ujarnya.
Rahmat juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak jelas kebenarannya. Pastikan hanya mengkonsumsi informasi resmi yang bersumber dari BMKG.
Masyarakat turut diminta mengindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. "Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yg membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah," katanya.