REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Satuan tugas penanganan kebakaran hutan dan lahan Provinsi Sumatera Selatan mencatat terdapat 250 hektare areal yang terbakar selama Juli-Agustus 2020. Kebakaran lahan itu terjadi di sejumlah kabupaten yang rawan karhutla daerah di Sumatera Selatan.
Komandan Korem 044/Garuda Dempo Brigadir Jenderal TNI Jauhari Suraji mengatakan pada periode itu tercatat pula terdapat 978 titik panas yang terpantau satelit LAPAN. “Kebakaran menyebar di Kabupaten Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Penukal Abab Lematang Ilir, Muara Enim, Ogan Komering Ilir, dan Banyuasin. Tapi dominasi lahan terbakar saat ini berasal dari Penukal Abab Lematang Ilir,” kata dia di Palembang, Ahad (6/9).
Menurut dia, kebakaran lahan saat ini rata-rata berada di lahan mineral yang sudah mulai kering karena wilayah Sumatera Selatan sudah masuk musim kemarau. Sementara di lahan gambut, saat ini diperkirakan masih basah.
“Sekarang titik panas dan titik api itu mulai ramai. Kita perkuat tim di lapangan untuk bisa mengoptimalkan upaya pemadaman dan menjaga lahan yang rentan terbakar,” kata dia.
Ia mengatakan, untuk musim kemarau tahun ini, satuan tugas sudah menyiagakan dan menyebar 2.330 personel yang penempatannya di daerah rawan karhutla. “Jika kebakaran lahan kian meluas, kami pun akan menambah kekuatan,” kata dia.
Ia menerangkan berbagai kendala yang ditemukan di lapangan di antaranya area lokasi lahan terbakar sulit diakses karena harus melintasi semak belukar dan sungai. “Supaya pemadaman maksimal dilakukan maka harus penyiraman dari udara menggunakan helikopter, meski harus dilakukan berhari-hari dan dibom air secara berulang-ulang,” kata dia.
Kendala lain yang ditemukan yakni ketersediaan air yang mulai berkurang, serta angin kencang sehingga api cepat merambat, terutama di area yang materialnya sudah kering seperti ranting pohon dan semak belukar. Ia mengatakan upaya untuk meminimalisir karhutla juga dilakukan dengan teknik modifikasi cuaca sehingga bisa tercipta hujan buatan.
Karena itu, saat ini sudah siaga dan beroperasi 14 armada helikopter dan pesawat, yakni dipergunakan untuk patroli, pemboman air maupun hujan buatan. Untuk memaksimalkan upaya pencegahan karhutla, mereka juga melakukan sosialisasi masif kepada masyarakat hingga tingkat desa.
Warga ditegaskan untuk tidak membakar lahan dengan tujuan apa pun. Bahkan, Jauhari sudah mengeluarkan kebijakan untuk jajaran di bawahnya seperti Dandim hingga Babinsa untuk tidak meninggalkan tempat bertugas selama musim kemarau yang berpotensi terjadi karhutla.