REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Presiden Mali yang baru digulingkan melalui kudeta militer, Ibrahim Boubacar Keita, pergi ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE), pada Sabtu (5/9) untuk menjalani perawatan medis. Hal itu berdasarkan keterangan mantan kepala staf, Mamadou Camara.
Camara mengatakan bahwa Keita berangkat dari Ibu Kota Bamako pada Sabtu petang dengan menumpang pesawat yang disewa oleh UAE atas permintaan dari junta Mali.
"Ini adalah kunjungan (untuk keperluan) medis selama 10 hingga 15 hari," kata Camara.
Keita (75) sempat dirawat di rumah sakit di Bamako pada Selasa (1/9), enam hari setelah ia dibebaskan dari penahanan oleh pihak junta yang mengudeta dirinya dan telah mengambil alih kuasa pemerintahan pada 18 Agustus. Kondisi kesehatan Keita saat ini belum diketahui jelas, tetapi ia pernah memiliki tumor jinak yang diangkat dari lehernya pada 2016.
Sementara itu, pembicaraan mengenai transisi pemerintahan Mali antara pihak militer dan sipil masih berjalan. Pemimpin negara-negara Afrika Barat, yang mengkhawatirkan bahwa kudeta di Mali bisa menjadi contoh yang akan merusak pula kekuasaan mereka serta perjuangan internasional melawan kelompok radikal di kawasan Sahel, awalnya mendesak agar Keita kembali berkuasa.
Namun, mereka kemudian mengubah permintaan itu dan kini menuntut agar pemilihan umum di Mali bisa dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun. Lini masa itu belum disepakati oleh pihak junta dan Komite Nasional untuk Keselamatan Rakyat (CNSP).
Pembicaraan mengenai periode transisi pemerintahan dibuka pada Sabtu. Ratusan orang perwakilan dari junta, partai politik, dan kelompok masyarakat sipil menghadiri upacara pembukaan forum itu di Bamako.
Kurang dari satu jam setelah acara itu dimulai,pendukung koalisi M5-RFP, gerakan massa yang menuntut Keita mundur, melakukan aksi protes dengan menuduh junta tidak mengikutsertakan mereka dalam kebanyakan kelompok kerja. Para peserta aksi protes tersebut berada di aula konferensi dan meneriaki moderator di atas panggung sehingga kegiatan pembicaraan itu sempat ditunda.
Moderator kemudian mengumumkan bahwa M5-RFP akan dapat berpartisipasi dalam semua kelompok kerja. Pengumuman itu mampu menenangkan massa, dan membuat acara kembali dilanjutkan.
Pembicaraan transisi pemerintahan, yang tak hanya digelar di Bamako namun juga ibu-ibu kota daerah di negara itu, dijadwalkan untuk dilanjutkan pada Minggu dan akhir pekan depan.