REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengingatkan Rusia dalam beberapa hari mendatang harus mengambil tindakan yang sesuai terkait peracunan tokoh oposisi Rusia Alexey Navalny. Kalau tidak, ancam Menlu Maas, Jerman akan bergerak bersama negara-negara lain untuk membahas tindakan terhadap Rusia.
"Ultimatum tidak membuat siapa pun bergerak maju. Tetapi jika tidak ada penjelasan dari Rusia dalam beberapa hari mendatang, kita harus mendiskusikan tindakan tersebut dengan mitra-mitra kita," kata Maas kepada surat kabar Jerman Bild am Sonntag, Ahad.
Ketika ditanya apakah menurutnya Pemerintah Rusia mungkin berada di balik peracunan Navalny, menteri luar negeri Jerman tersebut mengatakan ada banyak indikasi ke arah itu. Ia menambahkan bahwa Rusia saat ini sedang menghadapi tantangan karena masalah tersebut.
"Kami sangat berharap Pemerintah Rusia akan menyelesaikan kejahatan serius ini. Kalau (pemerintah Rusia) tidak ada hubungannya dengan serangan itu, mereka harus harus membuktikannya dengan fakta," kata Maas, menambahkan.
Navalny saat ini menjalani perawatan di rumah sakit Charite di Berlin setelah mengalami keadaan darurat medis pada akhir Agustus. Pada Rabu (2/9), Pemerintah Jerman mengatakan bahwa dokter menemukan jejak zat saraf kelompok Novichok di tubuh Navalny.
Temuan itu mendorong banyak negara Barat menyerukan sanksi ekonomi baru terhadap Rusia. Navalny jatuh sakit pada 20 Agustus ketika berada dalam penerbangan domestik di Rusia.
Ia awalnya dirawat di Kota Omsk di Siberia, tempat pesawat melakukan pendaratan darurat. Dua hari kemudian, setelah para dokter memastikan bahwa ia cukup kuat untuk dibawa dengan transportasi udara lintas batas, Navalny diterbangkan ke Charite untuk diberi perawatan lebih lanjut.
Para dokter Jerman pada awalnya mengklaim bahwa mereka menemukan jejak zat dari kelompok penghambat kolinesterase di tubuh Navalny. Namun, mereka kemudian mengisyaratkan bahwa pria itu keracunan Novichok.