REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Priyantono Oemar
Perlu waktu lebih dari enam bulan untuk merealisasikan larangan penerbitan Bataviase Nouvelles en Politique Raisonnementen sejak surat perintahnya dikeluarkan. Surat perintah berasal dari De Heeren Zeventien (17 orang pimpinan VOC di Belanda) tertanggal 20 November 1745. Bataviase Nouvelles di Batavia masih bisa terbit hingga 20 Juni 1746.
Selama tak ada koran, bagaimana orang-orang Eropa di Hindia Timur (menjadi Hindia Belanda setelah VOC bangkrut) mendapatkan informasi? Tak ada gambaran kecemasan orang-orang menunggu kabar. Orang-orang tetap bisa tidur nyenyak meski keingintahuan mereka tak terpenuhi ketika kapal dari Eropa tak membawa kabar.
"Orang-orang menunggu dengan apatis untuk melihat apakah ada sesuatu yang akan diketahui publik tentang keadaan di Eropa,” tulis Oud Batavia (Tweede Deel). Oud Batavia merupakan buku kenangan yang direncanakan penyusunannya oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Masyarakat Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia) pada 1915 untuk Peringatan 300 Tahun Kota Batavia pada 1919. Namun, baru terbit pada 1922 untuk buku pertama dan kedua. Buku ketiga bahkan baru terbit pada 1935.
Penguasa VOC di Batavia tentu peduli dengan kabar dari Eropa, sehingga selalu meminta koran yang dibawa kapal yang singgah di Anyer dan Batavia. Di masa kritis, bahkan keluar perintah untuk menanyakan laporan dari Eropa kepada kapal-kapal negara sahabat yang lewat Selat Sunda.
Informasi benar-benar berjalan sangat lambat. Kapal perang Spanyol yang lewat Selat Sunda pada April 1788 tak bisa memberikan informasi tentang invasi Prusia ke Belanda pada 7 Agustus 1787. Informasi dari Batavia tentu juga sangat lambat berjalan menuju Belanda.
Karenanya, ketika Bataviase Nouvelles dicetak ulang di Belanda, disambut dengan sangat antusias. Koran ini tak hanya menyampaikan kabar kelahiran-kematian, kedatangan-keberangkatan kapal, pengangkatan pejabat, melainkan juga hal-hal lain. Kadang juga ada iklan, biasanya tentang rencana balas dendam.
Bataviase Nouvelles juga merupakan corong pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van Imhoff. Ketika van Imhoff membangun gereja di Kali Besar untuk tentara bayaran Lutheran dari Jerman, menurut HJ de Graaf di buku Geschiedenis van Indonesie (1949), Bataviase Nouvelles juga menulisnya. Kisah Samuel van de Putte ---penjelajah Belanda yang dimakamkan di Batavia pada 1745-- juga ditulis di Bataviase Nouvelles.
Namun, mencetak ulang Bataviase Nouvelles di Belanda adalah menggali kubur. Kopi Bataviase Nouvelles bisa sampai di Belanda karena ada Kees Bliek, penggali kubur di makam orang Portugis, yang rutin mengirimkannya ke anggota keluarganya di Amsterdam yang memiliki toko buku.