REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Di tengah sengitnya perang stetmen atas sengketa ladang gas antara Turki dan Yunani dan kuatnya kesan Eropa tak suka Turki, ternyata tak sepenuhnya benar. Pasalnya, ternyata antara Presiden Recep Tayyip Erdogan sudah mengadakan pembicaraan Kanselir Jerman Anggela Markel.
Pertemuan Erdogan dengan Merkel terjadi pada 3 September lalu melalui pembicaraan daring. Dalam pertemuan itu keduanya memberikan dukungan agar beberapa negara untuk menjauhi 'sikap egois dan tidak adil dalam persoalan klaim Turki dan Yunani di kawasan Mediterania timur.
Seperti dilansir duvarenglish, pakta pertahanan NATO menyakan bila Turki dan Yunani memulai pembicaraan untuk meredakan ketegangan di Mediteria Timur meski belum ada kesepakatan yang dicapai
"Presiden kami mengatakan bahwa beberapa negara tidak dapat diterima untuk mendukung sikap egois dan tidak adil Yunani," kata kantor Erdogan, menambahkan bahwa dia berterima kasih atas upaya Merkel. Kedua pemimpin berbicara melalui konferensi video, kata pernyataan itu.
“Presiden kami mengatakan hak-hak rakyat Turki dan Siprus Turki dilindungi di Mediterania timur dan Turki mendukung alokasi [sumber daya] yang adil di mana semua negara yang memiliki garis pantai menang, tetapi Yunani dan pihak Siprus Yunani serta negara-negara. yang mendukung mereka mengambil langkah yang meningkatkan kebuntuan dan ketegangan. "
Ankara dan Athena telah terkunci dalam perselisihan sengit atas klaim sumber daya hidrokarbon potensial di wilayah tersebut. Keduanya berseteru dengan berdasarkan pandangan yang bertentangan mengenai luas landas kontinen mereka yang menyangkut kawasan kaya minyak dan gas itu.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pada 3 September bahwa Turki dan Yunani telah sepakat untuk melakukan pembicaraan. Salah satu di antara kesepakatn itu untuk menghindari bentrokan yang tidak disengaja di wilayah tersebut.
Kementerian luar negeri Turki mengatakan mendukung inisiatif NATO dan mengharapkan Yunani melakukan hal yang sama. "Pembicaraan itu bukan tentang menyelesaikan masalah bilateral di antara mereka tetapi tentang tindakan yang sejauh ini ditangani oleh militer kedua negara,'' tambahnya.
Hanya beberapa jam setelah NATO mengumumkan kesepakatan itu, Yunani membantah bahwa pembicaraan tentang penurunan ketegangan dengan Turki direncanakan. Seorang pejabat Yunani mengatakan kepada Associated Press bahwa pernyataan NATO "tidak sesuai dengan kenyataan."