Senin 07 Sep 2020 18:51 WIB

Okupansi Hotel di Cipanas Garut Turun Drastis

Penurunan itu diduga karena adanya karyawan di tiga hotel terkonfirmasi positif Covid

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andi Nur Aminah
 Kawasan wisata d Cipanas Garut mengalami penurunan pengunjugng sekaligus tingkat hunian hotel akibat pandemi Covid-19. Foto, wisata pemandian air panas yang berada di Cipanas, Kota Garut, Jawa Barat (ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Kawasan wisata d Cipanas Garut mengalami penurunan pengunjugng sekaligus tingkat hunian hotel akibat pandemi Covid-19. Foto, wisata pemandian air panas yang berada di Cipanas, Kota Garut, Jawa Barat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Garut mencatat penurunan tingkat hunian atau okupansi di kawasan wisata Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler, pada akhir pekan lalu. Penurunan itu diduga karena adanya karyawan di tiga hotel di kawasan itu yang terkonfirmasi positif Covid-19. 

Sekretaris PHRI Kabupaten Garut, Tanto Sudianto Rieza mengatakan, adanya kasus karyawan hotel di kawasan wisata Cipanas sangat berdampak pada hotel-hotel yang lain. Bahkan, menurut dia, banyak wisatawan yang membatalkan kunjungan ke Kabupaten Garut, terutama untuk menginap di kawasan Cipanas.

Baca Juga

"Padahal wisata di Garut itu baru tumbuh. Saat long weekend, okupansi sudah naik 80 persen. Kasus Covid-19 kemarin membuat okupansi merosot lagi," kata dia, Senin (7/9).

Menurut dia, hampir seluruh pemesanan hotel di kawasan Cipanas Kabupaten Garut, dibatalkan pada akhir pekan lalu. Tak hanya itu, hotel-hotel di kawasan lainnya pun ikut terdampak dengan kasus tersebut.

Tanto juga menyayangkan beredarnya surat dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut di media sosial, terkait penutupan sementara tiga hotel di kawasan Cipanas akibat adanya karyawan yang positif Covid-19. Sebab, dalam surat itu tertera nama tiga hotel yang ditutup sementara. Menurut dia, surat tersebut seharusnya bersifat privat dan tidak sampai beredar di kalangan masyarakat.

"Kami menyayangkan dan prihatin terhadap manajemen kearsipan pemerintah. Bocornya surat itu seharusnya tidak terjadi. Kalau hanya imbauan bisa jadi konsumsi publik," kata dia.

Sebab, menurut dia, bocornya surat itu akan membuat wisata di Garut kembali merosot. Ia menyontohkan, pada pekan lalu banyak agen travel dari luar daerah yang membatalkan kunjungan ke Garut.

Padahal, timbulnya kasus terkonfirmasi positif hanya terjadi di sebagian hotel yang ada di Garut. Namun, dampaknya dirasakan oleh semua hotel di daerah berjuluk Swiss van Java itu. 

Tanto meyakinkan, wisatawan tak perlu khawatir untuk berkunjung ke Kabupaten Garut. Sebab, ia mengklaim, seluruh hotel di Kabupaten Garut telah menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat.

Sebelumnya, tiga hotel di kawasan Cipanas Kabupaten Garut, ditutup sejak Sabtu (5/9) akibat adanya empat orang karyawan di hotel itu yang terkonfirmasi positif Covid-19. Namun, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut telah memperbolehkan tiga hotel itu kembali beroperasi pada Selasa (8/9).

"Penutupan sampai hari ini, Selasa sudah boleh buka lagi," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, Budi Gan Gan, ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Senin.

Menurut dia, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut masih melakukan pemeriksaan kepada siswa pegawai hotel yang belum dilakukan tes usap (swab). Karyawan yang dites swab hari ini akan diliburkan untuk beberapa hari ke depan.

Ia menambahkan, dalam tiga hari ke depan, karyawan yang akan bertugas di hotel adalah yang telah dinyatakan negatif Covid-19. "Yang swab hari ini masuk lagi setelah ada hasil swab, sekitar tiga hingga empat hari," kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement