Senin 07 Sep 2020 19:10 WIB

Ini Alasan Klaster Keluarga Covid-19 Membahayakan 

Covid-19 berpotensi menulari kelompok rentan dalam keluarga.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Klaster keluarga Covid-19.
Foto: Republika
Klaster keluarga Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus penularan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) kerap terjadi belakangan ini, khususnya di perkotaan seperti Jabodetabek. Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia-PDP Erlang Samoedro menjelaskan klaster ini sebenarnya membahayakan.

"Yang membahayakan adalah kita membawa virus ke dalam rumah dan di situ ada kelompok rentan di dalam keluarga seperti orang tua, anak-anak, bayi, dan balita," ujarnya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema "Cluster Keluarga dan Cara Menanganinya", Senin (7/9).

Baca Juga

Erlang mengatakan kasus klaster keluarga biasanya dibawa anggota keluarga yang bepergian dari luar rumah. Ia menambahkan, klaster keluarga di Indonesia muncul lantaran saat ini masyarakat beraktivitas normal dan beraktivitas di luar. 

Misalnya, bapak dan ibu yang bekerja atau beraktivitas di luar dan terinfeksi kemudian pulang ke rumah dan mengakibatkan transmisi menularkan virus ini ke dalam keluarga. Selain itu, dia melanjutkan, anak-anak yang main di sekitar lingkungan rumahnya juga bisa menjadi carrier membawa virus dan menulari yang lain. 

Namun, dia melanjutkan, orang-orang yang terinfeksi virus ini sering tidak menyadarinya karena gejala yang dirasakan ringan dan akhirnya dianggap biasa. "Seringkali gejala yang dialami seperti demam lumayan tinggi, batuk, pilek, hingga diare," katanya.

Karena itu, ia berharap, orang yang mengalami gejala-gejala tersebut, khususnya jika memiliki riwayat kontak dengan penderita virus ini, atau sehabis bepergian agar memeriksakan diri dengan metode polymerase chain reaction (PCR) atau swab. Ia menambahkan, pemeriksaan ini untuk memastikan apakah seseorang terknfeksi Covid-19.

Analis dan Penulis @pandemictalks Firdza Radiany mengatakan klaster keluarga ini muncul di Jabodetabek seperti 155 klaster keluarga di Bekasi, dan 48 klaster keluarga di Bogor. Selain itu, ada pula sembila klaster keluarga di Yogyakarta, delapan klaster keluarga di Semarang, dan 10 klaster keluarga di Malang. 

Firdza mengingatkan warga sebaiknya mulai memahami bahwa klaster keluarga ini berbahaya. Untuk meminimalisasi penularan, langkah yang dilakukan di antaranya anggota keluarga yang bekerja di luar rumah sebaiknya mengurangi interaksi dengan anggota keluarga yang ada di rumah dan bisa menjaga jarak sosial ketika masuk ke rumah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement