Senin 07 Sep 2020 19:35 WIB

Perhimpunan Dokter Paru: Diare Salah Satu Gejala Covid-19

Orang dari zona merah dengan gejala demam, dan diare sebaiknya lakukan tes usap.

Ilustrasi Sakit Perut atau Diare. Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr Erlang Samoedro mengatakan beberapa waktu terakhir orang yang terinfeksi virus corona atau Covid-19 salah satunya menunjukkan adanya gejala diare.
Foto: Mgrol100
Ilustrasi Sakit Perut atau Diare. Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr Erlang Samoedro mengatakan beberapa waktu terakhir orang yang terinfeksi virus corona atau Covid-19 salah satunya menunjukkan adanya gejala diare.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr Erlang Samoedro mengatakan beberapa waktu terakhir orang yang terinfeksi virus corona atau Covid-19 salah satunya menunjukkan adanya gejala diare. "Biasanya, gejalanya demam, batuk, pilek dan sekarang mulai ada gejala sakit perut atau diare," kata dia saat konferensi video di Graha BNPB yang dipantau di Jakarta, Senin (7/9).

Ia mengatakan orang-orang yang menunjukkan gejala-gejala tersebut, apalagi memiliki riwayat perjalanan ke zona merah, disarankan segera melakukan tes usap guna memastikan kondisi kesehatan. "Intinya adalah gejala seringan apapun, kita harus tetap ke layanan kesehatan supaya diperiksa," ujar Dr Erlang.

Baca Juga

Pada kesempatan itu, ia mengatakan saat ini kluster keluarga juga cukup memprihatinkan. Apalagi, dalam rumah tersebut terdapat, bayi, anak-anak dan orang lanjut usia yang rentan terpapar virus.

Kluster keluarga tersebut pada dasarnya terjadi karena adanya salah seorang atau beberapa anggota keluarga yang berpergian keluar rumah dan terpapar virus. Saat kembali ke rumah, orang yang terpapar tadi tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik seperti yang dianjurkan yakni mandi, mencuci pakaian yang baru saja dikenakan dan lainnya.

Akibatnya, terjadi transmisi virus kepada anggota keluarga yang lain. Kluster keluarga terjadi karena adanya relaksasi pembatasan sosial sehingga orang-orang bebas beraktivitas. "Yang parahnya, terkadang dia tidak sadar telah terinfeksi dari lingkungan sekitar dan membawa virus ke rumah," ujar dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement