REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para petenis yang melemparkan raket lalu memukul bola dengan amarah dan frustrasi dalam pertandingan adalah pemandangan biasa dalam satu turnamen. Tapi itu bisa menjadi masa lalu setelah Novak Djokovic didiskualifikasi dari US Open pada Ahad (6/9).
Petenis putra nomor satu dunia itu disingkirkan dari grand slam tersebut setelah secara tidak sengaja memukul bola ke arah tenggorokan seorang hakim garis dalam pertandingan babak keempatnya di lapangan di Arthur Ashe Stadium.
Juara dua kali grand slam Naomi Osaka juga melemparkan raketnya karena frustrasi setelah kalah pada tiebreak set kedua melawan Marta Kostyuk dalam pertandingan putaran ketiganya pada Jumat (4/9).
Ditanya dalam wawancara di lapangan, apakah nasib Djokovic akan menjadi pengingat, petenis putri Jepang mantan peringkat satu dunia itu, menyatakan hal itu bisa saja benar.
"Bagi saya, itu jelas seperti peringatan untuk tak melakukannya. Saya tak menyaksikan laga tersebut secara langsung karena saya tidur, tapi mengetahui hal itu, tentu saja, saya pikir agak menjelaskan, Anda harus lebih sadar, tentu saja," kata mantan juara US Open itu seperti dikutip Reuters, Senin (7/9). "Bagi saya, saya akan berusaha tak membanting raket. Tentu saja, saya mungkin melakukannya beberapa kali. Tapi kasus itu membuat orang sedikit lebih sadar."
Petenis Kanada Denis Shapovalov mengalami nasib serupa seperti Djokovic pada pertandingan Davis Cup 2017. Ketika itu ia melakukan kesalahan sendiri, memukul bola karena frustrasi dengan raketnya dan mengenai wajah wasit Arnaud Gabas.
Shapovalov menyebut insiden Djokovic tidak menguntungkan. Begitu pula petenis Jerman Alexander Zverev, yang meluapkan frustrasinya beberapa kali di masa lalu dengan membanting raket.
"Saya kira saya tidak pernah gagal dalam karier saya atau dalam hidup saya," kata Zverev setelah kemenangannya pada Ahad. "Tidak, saya belum pernah berada dalam situasi seperti itu."