REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan percakapan via telepon dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud pada Senin (7/9). Mereka membahas tentang kemungkinan melakukan produksi bersama vaksin Covid-19.
Menurut keterangan pers yang dirilis Kremlin, Putin dan Raja Salman membicarakan upaya kolektif yang bertujuan mengatasi dampak negatif pandemi Covid-19. “Perhatian khusus diberikan pada perspektif produksi bersama vaksin yang dikembangkan oleh Rusia,” katanya, dikutip laman Al Araby.
Rusia merupakan satu-satunya negara yang telah mendaftarkan dan memulai proses produksi vaksin Covid-19. Warga di sana diperkirakan akan memiliki akses penuh terhadap vaksin dalam tempo sembilan bulan hingga satu tahun mendatang. Vaksin Rusia diberi nama "Sputnik V". Ia adalah hasil pengembangan Moscow Gamaleya Institute.
Selain Rusia, China adalah negara lain yang telah mematenkan vaksin Covid-19 pertama hasil pengembangannya. Dengan demikian, Beijing terbilang sudah siap untuk melangkah ke tahap berikutnya, yakni produksi.
Global Times, dalam laporannya pada 16 Agustus lalu menyebutkan vaksin yang dipatenkan adalah vaksin adenovirus rekombinan bernama Ad5-nCoV. Vaksin itu hasil pengembangan bersama perusahaan biofarmasi China CanSino Biologics Inc dan tim yang dipimpin oleh pakar penyakit menular militer China Chen Wei.
Menurut dokumen yang diterbitkan di situs web China's National Intellectual Property Administration, vaksin tersebut dapat diproduksi secara massal dalam waktu singkat jika terjadi wabah. Sementara CanSino mengatakan pemberian paten mengkonfirmasi kemanjuran serta keamanan vaksin dan secara meyakinkan menunjukkan kepemilikan hak kekayaan intelektual.
Tao Lina, seorang ahli vaksin yang berbasis di Shanghai, mengatakan pemberian paten kemungkinan akan memfasilitasi proses pemasaran. Menurut dia, paten yang diberikan secara resmi juga akan meningkatkan kepercayaan pasar pada vaksin Covid-19 yang dikembangkan China, terutama di pasar internasional.