REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi kembali mencalonkan diri dan bersumpah memenangi pemilihan umum pada November mendatang.
"Hari ini, kampanye kemenangan kita telah dimulai," kata Suu Kyi dalam sebuah upacara kecil di Ibu Kota Naypyidaw, yang disiarkan di laman Facebook-nya, Selasa (8/9).
Pemilu itu akan menjadi ujian bagi pemerintahan demokratis pertama Myanmar dalam setengah abad belakangan ini. Pemilu juga dipandang oleh para analis sebagai ujian penting dalam peralihan, dari pemerintahan yang dipimpin langsung oleh militer, di Myanmar pada saat negara dilandakrisis di berbagai bidang.
Suu Kyi, yang memerintah sebagai penasihat negara, telah merencanakan untuk meluncurkan kampanyenya di ibu kota komersial, Yangon, tetapi membatalkan perjalanannya pada Senin (7/9) atas saran kementerian kesehatan. Dengan mengenakan masker merah yang dihiasi burung merak, lambang NLD, dan pelindung plastik untuk wajah, dia berterima kasih kepada para pendukung karena mengibarkan bendera merah partai di rumah mereka di seluruh negeri.
"Saya ingin mengatakan bahwa melestarikan bendera kemenangan kita berarti membuat perdamaian, pembangunan, dan kemakmuran bangsa tahan lama," ujar dia.
NLD, yang menang telak pada pemungutan suara 2015 untuk mengakhiri setengah abad pemerintahan dukungan militer, diperkirakan akan menang lagi meskipun dengan selisih yang lebih rendah. Partai itu tetap sangat populer meskipun ada kritik atas kegagalannya untuk mengekang kekuatan tentara atau mengakhiri konflik etnis yang meningkat. NLD juga menghadapi kecaman internasional atas tindakan keras militer 2017 terhadap suku minoritas Muslim Rohingya.
Persiapan untuk pemungutan suara 8 November telah dibayangi oleh wabah virus corona baru, yang memburuk dan menambah tekanan pada ekonomi. Bank Dunia telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara itu akan turun dari 6,8 persen menjadi hanya 0,5 persen tahun fiskal ini.
Myanmar telah berminggu-minggu tidak mencatat penularan lokal dan banyak peraturan telah dilonggarkan sampai pertengahan Agustus. Namun, kasus kembali terdeteksi di Negara Bagian Rakhinedi wilayah barat.
Sejak itu, jumlah kasus meningkat tiga kali lipat menjadi 1.562 dengan delapan kematian. Pada Selasa, Kementerian Kesehatan Myanmar melaporkan 93 kasus baru. Pihak berwenang telah memberlakukan penguncian parsial kedua di Yangon, mengeluarkan perintah tinggal di rumah untuk kota-kota tertentu, dan melarang layanan makan di restoran dan bar. Sekolah di seluruh negeri telah ditutup dan penerbangan masuk dan keluar dibatasi.
Pekan lalu, para pejabat menutup Ibu Kota Naypyitaw, tempat pemerintah berada, memberlakukan karantina wajib, dan tes virus corona untuk setiap pengunjung. Pertemuan lebih dari 50 orang telah dilarang, dan partai politik mengatakan mereka merencanakan menggelar acara kampanye yang lebih kecil.