REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengisyaratkan jika terpilih sebagai perdana menteri berikutnya, ia mungkin akan meminta pemilu dipercepat. Demikian dilaporkan surat kabar Asahi, Selasa.
Pernyataan itu muncul ketika partai yang berkuasa di Jepang secara resmi memulai pemilihan pemimpin partai. Suga, 71 tahun, merupakan tokoh favorit untuk menggantikan Perdana Menteri Shinzo Abe yang mengundurkan diri karena masalah kesehatan.
Selain berbicara soal pemilu lebih cepat, Suga juga menekankan tekad Jepang untuk menyelenggarakan Olimpiade Tokyo tahun depan walaupun negaranya menghadapi tantangan pandemi virus Corona.
"Kami ingin mengendalikan pandemi dan mewujudkan (penyelenggaraan) itu," kata Suga seperti dikutip dalam wawancara oleh Asahi. "Banyak keuntungan luar biasa bagi Jepang untuk menjadi tuan rumah Olimpiade."
Ia juga mengatakan bahwa pandangan para ahli pandemi penting dalam menilai apakah Covid-19 cukup melambat bagi perdana menteri berikutnya untuk meminta pemilihan dilakukan lebih cepat. "Tidak ada perubahan dalam sikap saya sebagai kepala menteri kabinet bahwa hal paling yang diinginkan publik dari pemerintah adalah fokus pada langkah-langkah untuk menangani pandemi virus Corona," kata Suga.
Suga oleh banyak kalangan diperkirakan akan menang dalam pemilihan pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) pada 14 September. Tanggal pemilihan itu ditetapkan setelah Abe pada Agustus mengumumkan mundur dari jabatan perdana menteri Jepang.
Pemenang pemilihan pemimpin partai hampir pasti akan menjadi perdana menteri karena mayoritas anggota parlemen berasal dari LDP. Posisi kepemimpinan LDP akan diperebutkan oleh Suga dan dua saingannya, yaitu mantan menteri pertahanan Shigeru Ishiba dan mantan menteri luar negeri Fumio Kishida. Pemilihan dimulai secara resmi pada Selasa.
Namun, Suga yang menjabat sebagai sekretaris kabinet sejak Desember 2012, telah mendapatkan dukungan dari sebagian besar kubu di partai tersebut.
Ekonomi Jepang pada kuartal kedua semakin merosot ke penyusutan terburuk yang pernah dialami negara itu sepanjang pascaperang, akibat virus Corona. Wabah virus tersebut telah mengguncang bisnis secara lebih keras dari yang diperkirakan.
Sementara itu, Suga, yang memiliki hanya sedikit pengalaman diplomatik, juga akan menghadapi berbagai tantangan geopolitik, termasuk membangun hubungan dengan pemenang pemilihan presiden AS serta menangani ketegangan dengan China terkait sikap kerasnya menyangkut maritim.