REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) mengkhawatirkan keselamatan tenaga kesehatan di rumah sakit seiring dengan total kasus positif virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di Indonesia yang kini lebih dari 200 ribu. Karena itu, ARSSI meminta pemerintah menunjuk RS swasta sebagai fasilitas kesehatan rujukan menangani pasien Covid-19.
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) ARSSI Ichsan Hanafi, jika kasus Covid-19 di Tanah Air terus bertambah maka tenaga medis di rumah sakit kelelahan. "Efeknya tenaga kesehatan yang menjadi korban semakin banyak. Ini yang tidak kami harapkan," ujarnya saat dihubungi Republika, Selasa (8/9).
Karena itu, ARSSI berharap beberapa pimpinan daerah (RS) yang semula hanya menunjuk rumah sakit (RS) milik pemerintah yang merawat Covid-19 bisa menunjuk rumah sakit swasta untuk ikut serta melayani pasien Covid-19. Ia menambahkan, jangan sampai pasien yang diduga terinfeksi Covid-19 dan suspek indikasi terinfeksi Covid-19 berobat ke rumah sakit swasta ternyata harus dirujuk ke RS pemerintah.
Padahal, ia menambahkan, tidak mudah mencari kamar rumah sakit rujukan milik pemerintah seiring dengan penambahan kasus dan pasien. "Jadi, jangan terpaku RS milik pemerintah sebagai tempat rujukan Covid-19. RS swasta juga bisa," katanya.
Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) mencatat 40 persen dari total sekitar 1.800-an Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) non-pemerintah siap menjadi tempat perawatan pasien virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Kendati demikian, saat ini baru 20 persen RS swasta merupakan tempat perawatan pasien yang terinfeksi virus itu.
Sejauh ini, ARSSI sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan mengakui beberapa RS swasta telah ditunjuk bisa merawat pasien Covid-19 sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur.
Sebelumnya, jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 bertambah 3.046 orang dalam 24 jam terakhir. Angka ini otomatis mengantarkan Indonesia menembus total kumulatif kasus Covid-19 sebanyak 200.035 orang sejak pandemi pertama kali masuk Indonesia pada awal Maret lalu.
Tren penambahan kasus di atas 3.000-an orang dalam sehari menjadi hal yang biasa dalam sepekan terakhir. Total, sudah delapan kali angka penambahan kasus nasional tembus angka 3.000.