Rabu 09 Sep 2020 00:16 WIB

Pakar: Konsumsi Rokok Indonesia Harus Dikurangi

Mengurangi konsumsi rokok bertalian erat dengan kualitas generasi Indonesia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Agus Yulianto
Ketua Indonesian Health Economic Asssociation (InHEA) atau Asosiasi Ekonomi Kesehatan Indonesia, Prof Hasbullah Thabrany di Workshop AJI Jakarta, Bogor, Jumat (9/11).
Foto: Republika/Farah Nabila Noersativa
Ketua Indonesian Health Economic Asssociation (InHEA) atau Asosiasi Ekonomi Kesehatan Indonesia, Prof Hasbullah Thabrany di Workshop AJI Jakarta, Bogor, Jumat (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Senior Center for Health Economics and Health Policy, Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrany, mengatakan, Indonesia harus mulai mengurangi konsumsi rokok lantaran dampak yang kurang baik untuk kesehatan. Namun, di sisi lain, langkah itu jangan mengesampingkan nasib para petani tembakau dan buruh rokok yang membutuhkan lapangan pekerjaan.

Hasbullah mengatakan, pihaknya kurang setuju dengan Roadmap Industri Hasil Tembakau yang tengah disusun pemerintah. Menurutnya, yang harus difokuskan pemerintah adalah upaya untuk mengurangi konsumsi rokok karena di berbagai dunia, tingkat konsumsi rokok terus mengalami penurunan.

"Seharusnya (disusun) roadmap pengurangan konsumsi rokok, tapi juga memperhatikan petani dan buruh bagaimana agar mereka bisa berpindah dan alih tanam ke pertanian yang menguntungkan tanpa ada risiko kesehatan," kata Hasbullah dalam Webinar Center For Indonesian Policy Studies, Selasa (8/9).

photo
Grafiti menunjukkan bahaya merokok. - (EPA)

Hasbullah mengatakan, mengurangi konsumsi rokok bertalian erat dengan kualitas generasi Indonesia pada 30-40 tahun yang akan datang. Sebab, dampak negatif terhadap kesehatan dari konsumsi rokok baru terlihat dalam jangka waktu menahun.